Press "Enter" to skip to content
bamboo (foulline/pixabay)

Mengekstrak Daun Bambu, Mengobati Diare Ternak

Kalau diare sudah melanda ternak, alamat buruk. Angka kematian ternak akan meningkat, atau produktivitas menurun. Di samping naiknya biaya pemeliharaan. Solusinya adalah daun bambu.

Menurut penelitian, seperti dilansir Ristekdikti.go.id, ternak yang terkena diare akan gagal menyerap cairan usus sehingga mengalami dehidrasi dan pada keadaan parah, bisa mati. Penyebab diare antara lain infeksi dari bakteri Escherichia coli dan Salmonella typhimurium.

Pemberian antibiotik pada ternak malah bisa menyebabkan keracunan dan membahayakan manusia yang mengonsumsi daging hewan ternak itu. Solusinya, menurut peneliti dari Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan di Fakultas Peternakan IPB adalah memanfaatkan daun bambu tali atau Gigantochloa apus.

Pada daun ini terjadi aktivitas antibakteri dengan jenis pelarut yang berbeda terhadap bakteri E.coli dan S. Typhimurium.

Para peneliti dari IPB itu adalah I Komang G Wiryawan, Sri Suharti, dan Sinta Agustina. Mereka memilih daun bambu tali sebab daun ini dapat digunakan sebagai obat tradisional. Selain itu, juga mengandung alkaloid, saponin, tanin, fenolik, flavonoid, triterpenoid, dan glikosida yang berpotensi menghambat pertumbuhan bakteri patogen.

Pelarut merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan suatu bahan dalam menghambat pertumbuhan bakteri patogen.

Penelitian sebelumnya menggunakan pelarut aquades, tapi pengekstrakan dengan menggunakan aquades memiliki kelemahan yaitu membutuhkan waktu yang lama dan suhu yang tinggi dalam proses penguapan pelarut.

“Oleh sebab itu, dalam penelitian ini kami menggunakan pelarut etanol dan metanol. Kedua pelarut tersebut memiliki titik didih lebih rendah dibandingkan dengan aquades,” ujar I Komang G Wiryawan.

Penelitian dilakukan dengan cara daun bambu tali diekstrak dengan metode maserasi menggunakan etanol 70 persen dan metanol. Uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan menggunakan metode Kirby dan Bauer difusi agar.
Konsentrasi dari ekstrak daun bambu yang digunakan adalah 0.00%, 0.02%, 0.04%, 0.06%, 0.08% dan 0.02% cotrimoxazole sebagai kontrol positif. Nilai Minimun Inhibitory Concentration (MIC) dan Minimum Bactericidal Concentration (MBC) dihitung berdasarkan aktivitas antibakteri tertinggi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun bambu tali pada level 0.04%, 0.06% dan 0.08% memiliki aktivitas anti bakteri yang rendah (<5 mm), sedangkan ekstrak metanol hingga level 0.08% tidak memiliki aktivitas anti bakteri terhadap pertumbuhan E. Coli dan S. Typhimurium.

Nilai MIC ekstrak etanol daun bambu terhadap bakteri Escherichia coli dan Salmonella typhimurium adalah 0.2% dan 0.3%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa daun bambu yang di ekstrak dengan etanol mampu menjadi antibakteri yang lebih baik dibandingkan dengan metanol.

One Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mission News Theme by Compete Themes.