Mengelola sampah domestik ternyata besar sekali penghematannya. Menurut perhitungan, kalau kota berpenduduk 1 juta bisa mengelola sampah domestiknya, maka akan menurunkan biaya angkut sampah sebesar Rp31 miliar per tahun. Betapa besarnya.
Begitulah perhitungan Prof. Dr. Ir. Arief Sabdo Yuwono, Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian IPB, di Bogor, beberapa waktu lalu. Dengan asumsi ongkos pengiriman sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sebesar Rp500 ribu per trip.
Tiap rumah tangga, jika mengelola sampah domestik dengan mengubahnya menjadi kompos, juga bisa menghasilkan Rp20 ribu per bulan.
Menurut Arief, kalau setiap rumah tangga mau mengelola sampahnya sendiri, maka 75 persen sampah tak perlu dikirimkan ke TPA. “Sampah yang perlu diangkut ke TPA itu tinggal 25 persen saja,” ujar Prof Arief, seperti dilansir dari ristekdikti.go.id.
Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun lalu mencatat total sampah di Indonesia mencapai 187,2 juta ton per tahun. Ini dipicu peningkatan kepadatan penduduk serta keterbatasan lahan untuk menampung sisa konsumsi.
Salah satu jenis sampah yang membuat nama Indonesia terkenal adalah sampah plastik. Terutama sampah plastik yang akhirnya mencemari lautan. Beberapa bulan lalu dipaparkan hasil riset Plastic Waste Inputs From Land Into The Ocean (2015), yang menyebutkan Indonesia sebagai penyumbang sampah plastik ke laut terbesar kedua di dunia, setelah China.
Indonesia menyumbang sampah 3,22 juta metrik ton ke laut. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), seperti dilansir Tirto.id, pada 2016 produksi sampah per hari tertinggi adalah Pulau Jawa, khususnya Surabaya. Pada 2015, produksi sampah di Surabaya sebesar 9.475,21 meter kubik dan meningkat menjadi 9.710,61 meter kubik di 2016.
Di luar Pulau Jawa, produsen sampah tertinggi adalah Kota Mamuju, yaitu 7.383 meter kubik dan Kota Makassar, sebesar 5.931,4 meter kubik pada 2016.
Indonesia sendiri berencana mengurangi sampah di lautan sebesar 70 persen pada 2025. Rencana ini disampaikan Direktur Jenderal Kerja Sama ASEAN Kementerian Luar Negeri, Jose Tavares, pada East Asia Summit (EAS) Conference on Combating Marine Plastic Debris yang diselenggarakan di Bali pada 6-7 September 2017.
Be First to Comment