Indonesia kini memiliki dua cagar biosfer baru yang diakui dunia. Cagar Biosfer Togean Tojo Una-Una di Sulawesi Tengah dan Cagar Biosfer Saleh-Moyo-Tambora (Samota) di Nusa Tenggara Barat resmi ditetapkan sebagai Cagar Biosfer ke-15 dan 16 dalam Sidang ke-31 International Co-ordinating Council of the Man and the Biosphere Programme (ICC-MAB) UNESCO Meeting di Head Quarter UNESCO, Paris, Prancis, baru-baru ini.
Apa itu biosfer? Menurut etimologi, biosfer berasal dari kata bios yang berarti hidup dan sphere yang berarti lapisan. Jadi, biosfer adalah lapisan tempat tinggal makhluk hidup atau seluruh ruang hidup yang ditempati organisme. Saat ini Indonesia telah memiliki 16 Cagar Biosfer, yaitu Cibodas, Komodo, Lore Lindu, Tanjung Putting, Gunung Leuser, Siberut, Giam Siak Kecil-Bukit Batu, Wakatobi, Bromo-Tengger-Semeru, Arjuno, Taka Bonerate-Kepulauan Selayar, Belambangan, Berbak-Sembilang, Batang Kerihun Danau Sentarum, serta Rinjani Lombok.
Dilansir dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Cagar Biosfer Togean Tojo Una-Una meliputi area seluas 2.187.632 hektare di jantung Segitiga Terumbu Karang yang mempunyai keanekaragaman karang tertinggi di dunia serta hutan bakau dan ekosistem pulau kecil. Presiden ICC-MAB UNESCO, Enny Sudarmonowati yang juga merupakan Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati LIPI, mengatakan Togean Tojo Una-Una adalah rumah bagi 363 spesies tanaman, termasuk 33 spesies mangrove. Termasuk juga habitat hewan seperti tarsius (Tarsius spectrum palengensis), monyet Togean (Macaca togeanus), serta babirusa, kuskus, duyung, paus dan lumba-lumba.
Adapun Cagar Biosfer Samota terletak di antara dua Cagar Biosfer yang sebelumnya ada yakni Pulau Komodo dan Rinjani Lombok. Cagar Biosfer Samota meliputi area seluas 724.631,52 hektare yang terdiri dari lima ekosistem utama meliputi pulau-pulau kecil, kawasan pantai hutan bakau, pesisir, hutan dataran rendah dan pegunungan, serta sabana. Daerah inti Cagar Biosfer Samota memainkan peran penting dalam melestarikan keanekaragaman hayati di kawasan itu. Zona penyangga dan daerah transisinya memiliki potensi pertanian untuk produksi buah dan sayuran, serta padi, kopi dan kakao, dan peternakan.
Be First to Comment