Press "Enter" to skip to content
Kunang-kunang (Image by Francisco Corado from Pixabay)

Mengapa Kunang-Kunang Bisa Mengeluarkan Cahaya

Kalau ditanya, binatang apa yang bisa mengeluarkan cahaya sendiri, maka jawaban termudah adalah kunang-kunang. Tapi tahukah kalian apa itu kunang-kunang? Mengapa ia mengeluarkan cahaya kedap-kedip? Dari mana asal cahayanya? Tahukah kalian bioluminescence?

Kalau kalian pernah melihat kunang-kunang, apalagi pernah memegangnya (saya sih pernah, entah kalau kalian atau generasi zaman sekarang), maka itu adalah pengalaman kalian dengan apa yang disebut sebagai bioluminescence. Ini adalah cahaya yang bisa dikeluarkan sendiri oleh organisme. Bioluminescence juga bisa kalian temukan pada makhluk hidup lain, contohnya binatang laut seperti cumi-cumi, sejenis cacing laut, algae, dan sebagainya.

Organisme atau makhluk hidup tertentu bisa mengeluarkan cahaya dari tubuhnya sebagai hasil reaksi kimia. Pada kunang-kunang, cahaya dihasilkan oleh reaksi kimia pada protein khusus yang disebut luciferase di perutnya. Kunang-kunang menciptakan reaksi antara oksigen dan sebuah pigmen yang disebut luciferin untuk menciptakan cahaya. Hewan lain, punya caranya masing-masing.

Lantas, untuk apa kunang-kunang mengeluarkan cahaya? Apa sekadar bikin gelap malam jadi terlihat indah dan mistis? Nggak juga!

Bicara tentang kunang-kunang, hewan ini adalah sejenis serangga dalam ordo kumbang Coleoptera yang terdiri dari lebih dari 2.000 spesies. 

Kunang-kunang mengeluarkan cahaya untuk menarik lawan jenisnya. Cahaya ini ada yang warnanya kuning, kehijauan, atau merah pucat, tergantung spesiesnya, dengan panjang gelombang cahaya dari 510 sampai 670 nm tanpa frekuensi infrared atau ultraviolet.

Hewan lain, seperti cumi-cumi, mengeluarkan cahaya dari bawah mata mereka untuk membuat mereka tak terlihat dari predator lapar di bawahnya. Cacing tabung bawah laut mengeluarkan lendir bercahaya yang dapat menempel berhari-hari di tubuh predator sehingga menjadi alarm tanda bahaya kalau predator itu muncul kembali.

Sayang populasi kunang-kunang banyak terancam oleh perubahan fungsi lahan, seperti pembangunan permukiman manusia, yang biasanya menjadi pemicu terjadinya perubahan keanekaragaman hayati dalam ekosistem terestrial. Pestisida atau racun pemusnah semak/rumput juga menyebabkan populasi kunang-kunang menurun. Kalian tahu, kunang-kunang sangat sensitif pada kesehatan lingkungan dan polusi cahaya. Kalau mereka tak ada, tandanya lingkungan di situ tak sehat.   

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mission News Theme by Compete Themes.