Sinyal seluler sudah menjadi kebutuhan yang penting pada masa kini. Tapi masih ada di beberapa daerah di Indonesia di mana sinyal menjadi persoalan. Salah satunya di Pulau Kapotar, Papua.
Pulau Kapotar terletak di lepas pantai Nabire, atau Teluk Cenderawasih bagian selatan. Pulau Kapotar merupakan salah satu pulau di Kepulauan Moora. Secara administratif Pulau Kapotar berada di Kampung Mambor, Distrik Kepulauan Moora, Kabupaten Nabire, Papua.
Pulau ini dapat dicapai dari Pelabuhan Samabusa sekitar 30 menit menggunakan speedboat. Pulau Kapotar oleh penduduk Mambor disebut juga Pulau Panjang karena berbentuk memanjang, namun oleh para wisatawan, pulau ini dikenal sebagai Pulau Mowirin, padahal sebenarnya Mowirin merupakan salah satu nama pantai di Pulau Kapotar.
Pulau Kapotar adalah pulau kecil, hanya butuh waktu sekitar 2 jam saja untuk berjalan kaki mengelilingi pulau ini. Pada sisi ujung utara Pulau Kapotar terdapat sebuah bukit, yang disebut dengan Bukit Momorikotey, sedangkan bagian Pulau Kapotar lainnya berupa dataran rendah. Keseluruhan pantai pulau ini berpasir putih. Pulau ini terkenal sebagai destinasi wisata, setiap akhir pekan banyak dikunjungi wisatawan.
Destinasi favorit yang dikunjungi wisatawan adalah Pantai Mowirin, yang terletak di timur Pulau Kapotar.
Pulau Kapotar tidak berpenghuni, sebagian pulau dijadikan sebagai lahan berkebun kelapa, pisang, sagu dan pinang. Pisang di pulau ini sangat unik, buahnya mengarah ke atas, sehingga disebut pisang tongkat langit.
Di pulau ini hanya ada beberapa pondok untuk istirahat selama beraktivitas di kebun, sedangkan penduduk tinggal di Pulau Mambor, yang terletak di sebelah selatan Pulau Kapotar. Perairan Pulau Kapotar kaya biota laut mulai dari berbagai jenis ikan, gurita, cumi-cumi, teripang, berbagai jenis kerang.
Terdapat sebuah tower seluler berada sekitar 500 meter sebelah barat Bukit Momorikotey. Uniknya, walaupun ada tower seluler, tidak semua bagian Pulau Kapotar yang terdapat sinyal 4G. Sinyal 4G paling kuat hanya terdapat di Pantai Mowirin, di Pantai Mowirin bahkan bisa video call via whatsapp.
Bagian pulau lainnya yang terdapat sinyal hanya di Bukit Momorikotey, itupun hanya sinyal 2G yang paling kuat, sedangkan sinyal 4G tidak stabil, kadang muncul, kadang hilang.
Selama 1 bulan, sejak 1 Juni 2021 hingga 30 Juni 2021, tim peneliti Balai Arkeologi Papua melakukan penelitian hunian prasejarah di Bukit Momorikotey. Basecamp tim peneliti berada di dataran rendah, sehingga setiap pagi mendaki Bukit Momorikotey yang lerengnya sangat terjal, permukaannya banyak terdapat batu karang.
Selama beraktivitas penelitian di puncak Bukit Momorikotey, pada jam istirahat tim dapat berkomunikasi menggunakan ponsel, aktivitas berlangsung penelitian dari pukul 08.00 pagi hingga pukul 16.00 sore, setelah itu turun kembali ke basecamp, otomatis tidak bisa berkomunikasi menggunakan ponsel, selanjutnya ponsel hanya berfungsi sebagai kamera atau hanya untuk mendengarkan lagu saja.
Atau jika ingin berkomunikasi menggunakan ponsel, harus berjalan kaki menyusuri jalan setapak di sela-sela kebun sagu hingga tiba di Pantai Mowirin. Selain itu jika ingin berkomunikasi dengan ponsel, maka harus menunggu air laut surut, kemudian berjalan ke arah laut yang kering sejauh sekitar 100 meter baru dapat sinyal 2G, itupun tidak stabil.
Penulis: Hari Suroto (arkeolog, tinggal di Jayapura) Bisa dihubungi di Instagram @surotohari
Be First to Comment