Press "Enter" to skip to content
KR Baruna Jaya

Mengenal Kapal-Kapal Riset RI, dari Penelitian Sampai Pencarian Black Box

Di balik pengintegrasian lembaga-lembaga riset di Indonesia ke dalam Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang menimbulkan banyak cerita itu, salah satu yang ikut dibicarakan adalah soal kapal riset. Indonesia ternyata memiliki sejumlah kapal riset yang diber nama Kapal Riset (KR) Baruna Jaya.

Tercatat empat kapal KR Baruna Jaya dikelola oleh BPPT dan satu lagi dikelola oleh LIPI, sebelum kedua lembaga ini melebur ke dalam BRIN.

Dari keterangan di BRIN, KR Baruna Jaya yang tertua adalah KR Baruna Jaya I yang dibuat di CMN Perancis pada tahun 1989. Sedangkan kapal termuda adalah KR Baruna Jaya VIII yang dibuat di Mjellem & Karlsen di Norwegia pada tahun 1998.

Plt. Direktur Pengelolaan Armada Kapal Riset BRIN, Nugroho Dwi Hananto, mengatakan, melihat kondisi kapal riset yang sekarang ini, perlu dilakukan berbagai perbaikan untuk meningkatkan performa kapal tersebut. “Tahun 2022 ini dilakukan modernisasi pada seluruh Kapal Riset BRIN yang dimulai dengan docking, perbaikan permesinan, propulsi dan alat riset secara menyeluruh dan komprehensif,” ujar dia.

Nugroho juga mencetuskan rencana membangun kapal riset penjelajah samudera yang baru dan berbagai skema peningkatan kapasitas untuk anak buah kapal, manajemen kapal riset, teknisi/operator dan periset. “Upaya ini sedang berjalan memanfaatkan dukungan pendanaan melalui skema Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri (PHLN) dengan Agence Francaise de Developpement (AFD) sebagai pemberi pinjaman,” kata Nugroho lagi.

Yuk mengenal masing-masing KR Baruna Jaya:

KR Baruna Jaya I

Dilansir dari BPPT, Kapal ini memiliki nama panggilan YEAS dan memiliki fungsi sebagai multi-purpose deep-sea research. Berbobot kotor 1.184 ton, KR Baruna Jaya I yang memiliki panjang 60,40 meter ini mampu melaju dengan kecepatan 10 knots dan mengangkut 17 kru serta 28 peneliti.

Kapal ini dilengkapi alat navigasi berupa Radar ARPA X Band Furuno, GPS, dan AIS, dengan perangkat telekomunikasi berupa SSB, GMOSS A3, Mini-Inmarsat-C, VHF Marine Radio, dan V-Sat.

Dilansir dari Indomiliter.com, KR Baruna I memiliki kemampuan pendeteksian obyek bawah laut yang terbilang lengkap. Selain untuk tujuan riset, kapal ini pernah dilibatkan dalam operasi pencarian dan evakuasi bangkai pesawat Lion Air JT610 yang jatuh di Tanjung Karawang pada Oktober 2018.

KR Baruna Jaya II

Dengan nama panggilan YEAT, KR Baruna Jaya II memiliki fungsi Seismic Laut 2D. Kapal ini dibuat di galangan kapal CMN di Cherboug Prancis pada 1989. Berbobot 1184 ton dan panjang 60,4m, kapal ini mampu melaju dengan kecepatan sampai 10 knots.

KR Baruna Jaya II memiliki alat navigasi Radar ARPA S Band Furuno, GPS, dan AIS. Sebagaimana KR Baruna I, kapal ini juga dilengkapi dengan alat telekomunikasi SSB, GMOSS A3, Inmarsat_C, VHF Marine Radio, dan V-Sat.

Dilansir dari Nusakini.com, KR Baruna II pernah melakukan penelitian di Cekung Selatan Makassar, perairan Kepulauan Kangean Madura pada 2016. Kapal ini mengemban misi kajian seismik 2D untuk deteksi hidro karbon.

KR Baruna Jaya III

Kapal ini memiliki nama panggilan YEAU dan dibuat di galangan kapal CMN, Prancis, pada 1989. Spesifikasinya sama persis dengan KR Baruna Jaya I dan II. Tapi dari sisi fungsi berbeda. Kapal ini didesain untuk melakukan penelitian oseanografi dan geologi.

Kapal ini pernah diutus untuk melakukan “Survei Deployment Buoy Gunung Anak Krakatau dan Recovery Buoy G3 Indonesia Tsunami Early Warning System” di selatan Pulau Jawa pada Juni 2020. Tujuan survei ini adalah untuk pemasangan 1 buoy di Gunung Anak Krakatau dan perbaikan 4 buoy tsunami yang sudah terpasang sebelumnya.

KR Baruna Jaya IV

Kapal ini memiliki nama panggilan PLIQ. Walau sama-sama dibuat di galangan CMN, Prancis, kapal ini memiliki spesifikasi yang berbeda dengan ketiga KR Baruna Jaya tadi. KR Baruna Jaya IV memiliki berat kotor 1219 ton, panjang 60,4 meter, dan mampu melaju dengan kecepatan 8 knots.

Kapal ini pernah melakukan survei kelautan selama 182 hari pada tahun 2020, yang mencetak rekor survei kelautan KR Baruna Jaya yang terlama tanpa pergantian kru. Survei kelautan ini diisi dengan kegiatan survei jalur kabel SKKL Lumori Sulawesi,survei pencarian kapal tenggelam A. Alia, survei jalur kabel Ina CBT di Labuan Bajo, survey deployment Ina buoy, survey advance Ina CBT Cilacap, dan recovery Ina buoy.

Kapal ini juga pernah dikerahkan mencari black box pesawat Sriwijaya Air SJ182 yang jatuh pada awal 2021. Kapal diterjunkan di lokasi titik jatuhnya Sriwijaya Air SJ182 di Kepulauan Seribu, Jakarta Utara, dengan membawa 19 kru kapal dan 20 tenaga ahli

KR Baruna Jaya VIII

KR Baruna Jaya yang satu ini dulu dikelola oleh LIPI dan merupakan kapal riset yang dilengkapi peralatan penelitian oseanografi dan biologi. Kapal riset yang dibeli dari Norwegia pada tahun 1997 ini dilengkapi fasilitas navigasi canggih seperti Simrad Planning System (SPS), diperkuat 32 sensor penelitian, seperti Bottom Bathymery, Conductivity Teperature Depth (CTD) dan Acoustic Doppler Current Profie (ADCP).

Bottom Bathymetry misalnya bertugas memetakan topografi bawah laut hingga kedalaman 1000 meter. Adapun CTD berfungsi untuk mengetahui salinitas, temperatur dan keasaman laut. Sedangkan ACDP bisa digunakan untuk menelaah pola arus laut.

Kapal seberat 1300 ton ini memiliki Gravity Meter yang bisa berfungsi untuk mendeteksi kandungan minyak di lepas pantai. Ada 5 laboratorium di kapal ini, 20 kamar yang mampu menampung 60 peneliti, fasilitas pengolahan air laut menjadi air tawar dengan sistem Reverse Osmosis yang mampu mengolah 6 – 7 ton air.

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mission News Theme by Compete Themes.