Di negara dengan empat musim, beberapa jenis pohon dan semak mengubah warna daunnya dari warna hijau menjadi merah, kuning, dan oranye, pada musim gugur. Mengapa mereka mengubah warna daunnya dan bagaimana pepohonan bisa menandai perubahan musim itu?
Khusus di hutan yang berada di kawasan beriklim sedang dan boreal (kawasan beriklim sejuk atau sedang di belahan Bumi bagian utara), beberapa jenis pohon dan semak menggugurkan daunnya pada musim gugur, seperti kelompok aspen, cottonwood, maple, dan ek.
Akan tetapi, ada kelompok tanaman yang tidak menggugurkan daunnya, seperti pohon pinus, cemara, aras, dan cemara yang membentuk tumbuhan runjung.
Adam Moore, seorang rimbawan pengawas di Dinas Kehutanan Negara Bagian Colorado, mengatakan semua jenis pohon dapat menangkap isyarat dari lingkungannya.
Pada awal musim gugur, kondisi cuaca mulai berubah. Cuaca menjadi lebih dingin. Temperatur pada malam hari terasa dingin tetapi tidak membeku. Durasi siang hari berkurang.
Secara kolektif, sinar matahari yang diterima tanaman untuk dipanen menggunakan klorofil di daunnya juga berkurang. Sehingga pohon-pohon mulai meranggas untuk menjaga mereka tetap hidup.
“Pohon itu seperti pabrik, dan mereka ingin menjadi efisien,” kata Moore, seperti dilansir Live Science. “Mereka memproduksi oksigen untuk kita dan energi untuk diri mereka sendiri, dan tanpa sinar matahari, mereka mulai mengurangi usahanya.”
Pada saat musim dingin pertama tiba, pohon-pohon mulai memasuki masa dormansi.
Klorofil adalah pigmen paling umum yang digunakan tanaman untuk memanen cahaya. Daun berwarna hijau karena klorofil menyerap cahaya merah dan biru serta memantulkan cahaya hijau.
Nah, tanaman sering kali juga memiliki berbagai pigmen sekunder. Ketika klorofil dalam daun pohon mulai berkurang, pigmen-pigmen sekundernya mulai terlihat. “Inilah yang kita lihat saat dedaunan musim gugur memuncak,” kata Kristina Bezanson, seorang ahli arborikultur di University of Massachusetts Amherst.
Warna merah dan ungu berasal dari pigmen sekunder yang disebut antosianin. Sedangkan karotenoid dan xantofil menghasilkan warna oranye dan kuning.
Dalam satu kelompok, seperti pohon maple, spesies yang berbeda telah berevolusi dengan rangkaian pigmen mereka sendiri. Maple merah, misalnya, berubah menjadi merah tua yang cemerlang pada musim gugur, sementara maple hitam menjadi kuning.
Dan meskipun pigmen ini membuat pepohonan menjadi indah, pigmen ini juga memiliki tujuan yang penting.
Pohon adalah autotrof. Mereka membuat makanan mereka sendiri melalui fotosintesis, dan daunnya sering disebut sebagai ‘pabrik makanan’ untuk pohon.
Karena pohon memiliki berbagai pigmen, mereka yang dapat menargetkan panjang gelombang cahaya yang berbeda untuk memanen lebih banyak energi selama fotosintesis. Walau begitu, tak semua pohon bisa melakukan hal ini, sehingga mereka memilih untuk menggugurkan daun-daunnya.
Meskipun sebagian besar perubahan warna daun pada musim gugur disebabkan oleh lingkungan, sebagian kecil lagi ternyata terkait dengan genetika. Peneliti menemukan bahwa puluhan ribu gen diekspresikan secara berbeda selama periode perubahan warna.
Beberapa spesies, seperti kayu asam (Oxydendrum arboreum), mulai berubah warna sejak akhir musim panas. Sementara pohon ek sering menggugurkan daunnya lama setelah pohon lain gundul. Para ilmuwan juga mencatat bahwa anggota spesies yang sama yang hidup di garis lintang yang sama akan berubah warna pada waktu yang sama tanpa memandang ketinggian. Pohon yang hidup di tempat yang lebih tinggi dan lebih dingin biasanya akan berubah lebih dulu karena suhu yang lebih dingin.
Be First to Comment