Press "Enter" to skip to content
Ilustrasi hutan (Image by Free-Photos from Pixabay)

Seloka, Kecerdasan Sastra Orang Rimba

Di pedalaman Jambi hidup suku yang disebut Orang Rimba. Masyarakat ini rupanya memiliki kecerdasan berbahasa dan sastra yang disebut seloka. Melalui seloka, Orang Rimba memberikan nasihat untuk menghargai dan hidup berdampingan dengan alam.

“Sebab alam telah memberikan penghidupan untuk mereka,” tutur Yeni Yulianti, peneliti dari Pusat Riset Bahasa, Sastra, dan Komunitas Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dalam sebuah diskusi secara online, kemarin, seperti dilansir BRIN.

Yeni melakukan penelitian selama 45 hari di komunitas Orang Rimba. Dia mendapati bahwa Orang Rimba berseloka dalam kehidupan sehari-hari. Dalam sastra Melayu, seloka termasuk dalam puisi bebas dan merupakan peribahasa atau pepatah yang di dalamnya diberi sampiran dan berirama.

Salah satu seloka Orang Rimba adalah “Tak ada bunga tak ada dewa”, yang artinya bahwa kelangsungan kehidupan di alam ini merupakan kuasa Tuhan atas kelangsungan hidup mereka.

Orang Rimba saat ini tersebar di 3 kawasan di Jambi, yaitu di perkebunan kelapa sawit sebanyak 33% atau 1.807 jiwa. Kemudian di kawasan konsesi Hutan Tanaman Industri terdapat 15% atau 837 jiwa, dan di dalam kawasan Tutupan Hutan sejumlah 52% atau 2.842 jiwa.

Pembukaan hutan dan transmigrasi telah mengusik tatanan dan menjadi ancaman bagi komunitas Orang Rimba yang sudah berlangsung selama ratusan tahun. Yeni mengatakan, hutan yang menjadi sandaran hidup Orang Rimba tidak bisa secara penuh dan utuh diklaim sebagai wilayah penghidupan juga tidak bisa dikelola berdasarkan kearifan dan pengetahuan yang dimiliki.

Padahal hutan sangat erat kaitannya dengan mereka. Hutan bukan hanya tempat berlindung, tapi etalase berbagai kebutuhan, penyedia air dan udara bersih, tempat mencari makan, berburu, sumber obat-obatan, dan sebagai pembentuk memori dan penjaga identitas komunitas adat.

Berkurangnya luasan hutan karena alih fungsi menjadi perkebunan, program transmigrasi, dan hutan tanaman industri, telah mengikis identitas bahkan rasa percaya diri dari komunitas yang menggantungkan hidupnya dari hutan alami.

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mission News Theme by Compete Themes.