Kupu-kupu kecil dari spesies Vanessa cardui ini luar biasa. Ia ternyata mampu terbang melintasi samudera sejauh 4.200km tanpa henti. Temuan ini terjadi pada 2013 dan terbukti kebenarannya satu dekade kemudian.
Hal ini bermula dari ilmuwan bernama Gerard Talavera dari Botanical Institute of Barcelona, yang melihat kupu-kupu betina (Vanessa cardui) hinggap di pasir di French Guiana, pada 2013. Sayapnya compang-camping dan berlubang.
Penemuan ini membingungkan para ilmuwan, karena spesies kecil ini dapat ditemukan di seluruh dunia, namun tidak di Amerika Selatan. Setelah meneliti selama satu dekade, ilmuwan akhirnya menemukan jawabannya. Kupu-kupu itu ternyata telah melakukan penerbangan lintas samudera dan itu menjadi penerbangan lintas samudera pertama yang tercatat pada serangga.
Kesimpulan itu mereka tuliskan dalam artikel ilmiah yang diterbitkan di jurnal Nature Communications edisi 25 Juni lalu.
“Kita cenderung melihat kupu-kupu sebagai simbol kerapuhan keindahan, namun sains menunjukkan kepada kita bahwa mereka dapat melakukan hal-hal luar biasa,” kata salah satu penulis studi Roger Vila, peneliti di Institute of Evolutionary Biology di Barcelona, seperti dilansir Live Science. “Masih banyak yang perlu diketahui tentang kemampuan mereka.”
Migrasi serangga bukanlah hal yang jarang terjadi, namun sulit dilacak. Para ilmuwan biasanya mengandalkan catatan dari pengamat serangga amatir dan jangkauan radar untuk mempelajari pergerakan serangga, namun hal ini terbatas dan tidak selalu dapat diandalkan.
Untuk mengetahui bagaimana kupu-kupu betina itu sampai ke French Guiana, para peneliti mengumpulkan banyak bukti. Mereka mengurutkan genom kupu-kupu, yang mengungkapkan bahwa mereka berkerabat dekat dengan populasi di Eropa dan Afrika.
Tim juga menganalisis DNA serbuk sari pada tubuh serangga sepanjang 5cm itu dan mengidentifikasi dua spesies tanaman yang hanya ditemukan di kawasan tropis Afrika. Selain itu, mereka mempelajari isotop hidrogen dan strontium pada sayap kupu-kupu, dan menemukan bahwa mereka adalah hewan yang unik di Eropa Barat.
Secara keseluruhan, bukti ini mengesampingkan asal usul serangga tersebut di Amerika Utara dan menunjukkan bahwa kehidupan mereka dimulai di Afrika atau Eropa.
“Kupu-kupu betina itu mencapai Amerika Selatan dari Afrika Barat, terbang setidaknya 4.200 km di atas Atlantik. Namun perjalanan mereka bisa lebih lama lagi, dimulai dari Eropa dan melewati tiga benua, yang berarti migrasi sejauh 7.000 km atau lebih jauh,” kata rekan penulis studi Clément Bataille, seorang profesor ilmu bumi dan lingkungan di Universitas Ottawa di Kanada, dalam pernyataannya. “Ini merupakan prestasi luar biasa untuk serangga sekecil ini.”
Sebelumnya, kupu-kupu jenis itu diketahui mampu bermigrasi hingga sejauh 14.500km antara Eropa dan Afrika, termasuk melintasi hamparan Sahara yang tak kenal ampun. Namun mereka berhenti setiap malam untuk beristirahat dan mengisi energi. Untuk mencapai French Guiana dari Afrika Barat, kupu-kupu tersebut harus terbang hingga delapan hari tanpa istirahat.
Untuk memecahkan misteri ini, para ilmuwan menganalisis arus angin yang muncul dari Sahara dan meniupkan debu dari Afrika ke Amerika. Mereka menemukan bahwa dengan meluncur di jalan raya udara ini, kupu-kupu dapat menyelesaikan perjalanan mereka yang luar biasa.
“Kupu-kupu hanya bisa menyelesaikan penerbangan ini dengan menggunakan strategi bergantian antara upaya minimal untuk menghindari jatuh ke laut, yang dibantu oleh angin kencang, dan penerbangan aktif, yang membutuhkan lebih banyak konsumsi energi,” kata rekan penulis studi Eric Toro-Delgado, seorang mahasiswa doktoral di Institute of Evolutionary Biology.
Diperkirakan bahwa tanpa angin, kupu-kupu bisa terbang sejauh maksimum 780km saja sebelum menghabiskan seluruh lemak dan energinya.
Be First to Comment