Press "Enter" to skip to content
dok. pixabay

Memanen Energi dari Limbah Tahu

Tahu enak rasanya dan mengandung gizi tinggi. Tapi jangan buang limbah proses pembuatannya. Sebab limbah tahu juga bisa menjadi sumber energi. Itulah yang berhasil diteliti oleh peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di Sumedang, baru-baru ini.

Industri tahu biasanya menghasilkan limbah organik berupa limbah padat dan limbah cair. Lewat teknologi LIPI, limbah tadi dapat dimanfaatkan sebagai energi baru berupa biogas. Limbah tahu yang punya kandungan organik tinggi diuraikan oleh mikroba menjadi metana dan karbon dioksida atau yang dikenal sebagai energi biogas.

Neni Sintawardani, peneliti Loka Penelitian Teknologi Bersih (LPTB) LIPI, mengatakan penelitian itu dilakukan bersama LIPI dan Nanyang Technological University, Singapura. Mereka telah merancang dan membangun Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) Anaerobik di sentra industri tahu Giriharja, Sumedang, Jawa Barat.

Selain menghasilkan biogas, IPAL Anaerobik yang dirancang sejak tahun 2017 ini memiliki sistem pengaliran air limbah di pabrik tahu sehingga dapat memisahkan limbah cair pekat dengan limbah cair encer. “Keseluruhan limbah cair dari 9 pabrik tahu skala kecil-menengah di Giriharja disalurkan ke IPAL anaerobik. Teknologi yang dikembangkan tim LIPI ini bisa mengantisipasi fluktuasi limbah yang umum terjadi di industri tahu skala pengrajin,” kata Neni, dilansir dari Lipi.go.id.

Dengan kapasitas produksi tahu mencapai 3 ton kedelai per hari dari 9 pengrajin tahu, IPAL Anaerobik ini mampu memproses limbah cair pekat sebanyak 24 meter kubik per hari. “Dari situ dapat dihasilkan biogas 300 meter kubik per hari yang disalurkan ke 89 rumah tangga di Giriharja untuk kebutuhan memasak harian,” kata Neni.

Wakil Bupati Sumedang, Erwan Setiawan, mengungkapkan permasalahan pengrajin tahu Sumedang adalah pengelolaan limbah cair dari proses pencucian dan padat dari proses pengumpalan. “Limbah tersebut bisa mengalami perubahan kimia yang berbahaya bagi lingkungan seperti zatnya mempunyai bau busuk, penyakit gatal serta pernafasan,” ujar Erwan.

Pemerintah Kabupaten Sumedang menyampaikan apresiasi terhadap kehadiran teknologi LIPI. “Kami menyampaikan apresiasi kepada LIPI dan berharap Pemerintah Sumedang akan terus berusaha mendukung segala upaya yang berkaitan dengan lingkungan,” ujar dia.

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mission News Theme by Compete Themes.