Press "Enter" to skip to content
dok. pixabay

Data, Cara Baru Memenangi Bisnis Kuliner

Di era digital begini, restoran pun bertransformasi. Data menjadi senjata baru untuk bersaing, bukan sekadar resep rahasia, rasa yang nikmat, atau ceritera mereka yang pernah makan di sana. Data yang antara lain digali dari aplikasi mobile, menjadi penting digunakan untuk memenangi persaingan.

Restoran-restoran kini menggali data pelanggan untuk mengkurasi menu yang sesuai dengan selera pelanggan. Data pemesanan juga menjadi penting untuk memahami preferensi dan kebiasaan pelanggan dalam mengeluarkan duit untuk makan.

Sebagai contoh di Amerika Serikat, seperti dilansir dari Wall Street Journal, melalui data diketahui bahwa ada 2,8 miliar pemesanan makanan di restoran yang dilakukan secara digital pada tahun lalu atau naik sebanyak 5 persen. Ini data yang masif.

Data apa saja yang bisa digali oleh restoran? Sebagai contoh, Sweetgreen, sebuah restoran khusus salad dari California yang punya 88 cabang, menggunakan data aplikasi mobile mereka untuk mengetahui apa saja alergi dan rasa yang dimiliki dan disukai pelanggannya. Mereka disuruh memilih sejumlah bahan yang dihindari dan nantinya saat memesan di masa depan, mereka akan mendapat notifikasi kalau menu yang dipilih mengandung bahan yang mereka harus hindari.

Data menjadi senjata paling kuat untuk memenangi persaingan di tengah makin banyaknya orang yang berbisnis kuliner dan makin banyaknya menu makanan yang tersedia. Semakin restoran memahami apa yang diinginkan pelanggan, semakin besar kemungkinan mereka berhasil di tengah persaingan ketat.

Biasanya restoran yang mengumpulkan data melalui program loyalty, di mana pelanggan bisa mendaftar secara online atau via aplikasi. Semakin banyak mereka berkunjung ke restoran, semakin banyak poin yang dikumpulkan. Tapi data ini hanya membuka pemahaman akan perilaku pelanggan yang ikut program loyalty. Bagaimana dengan yang tidak?

Itulah sebabnya, sejak Maret lalu Starbucks membuka aplikasi mobile-nya bagi siapa saja, tidak hanya peserta Starbucks Rewards. Sebab, selain 15 juta member Rewards, ada 60 juta orang lain yang tak ikut program itu tapi cukup rutin datang ke gerai mereka di mana-mana.

Starbucks juga meminta pelanggan mengisi alamat email saat mengakses WiFi. Hasilnya, perusahaan ini berhasil menggali tambahan data dari 5 juta orang. Mereka akan menggunakan data ini untuk menggali kebiasaan belanja konsumennya dan memberikan layanan yang lebih personal lagi berdasarkan kebiasaan mereka.

Lain lagi Altamarea Group, perusahaan yang mengoperasikan 16 restoran Italia di seluruh dunia, tahun lalu mulai memakai SevenRooms, sistem pemesanan berbasis cloud, sehingga mereka mendapatkan profil pelanggan yang lebih detail, mulai dari apa alergi mereka, sampai wine yang mereka sukai. Jadi kalau seorang pelanggan suka satu merek wine di sebuah cabang Altamarea, ketika makan di cabang lain, dia akan ditawari merek wine yang sama.

Jadi, kalau suatu hari nanti kamu memesan makan melalui aplikasi mobile atau mengisikan datamu di sebuah restoran, percayalah, data itu akan dipakai untuk memberikan layanan yang lebih tertarget padamu.

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mission News Theme by Compete Themes.