Noken sebagai salah satu cinderamata asli Papua menjadi salah satu contoh warisan budaya leluhur yang mampu memikat dunia. Bahkan UNESCO telah menetapkan noken khas Papua sebagai salah satu warisan budaya tak benda yang dimiliki oleh suku-suku di Papua dan Papua Barat.
Yang menjadikannya spesial bukan hanya karena fungsinya yang sudah melekat pada keseharian masyarakat Papua saja. Memang sehari-hari mereka menggunakannya untuk kebutuhan membawa barang dagangan seperti buah, sayur, dan umbi-umbian ke pasar, atau sebaliknya untuk berbelanja. Noken menjadi spesial karena nilai filosofis yang terkandung di dalamnya.
Noken merupakan tas tradisional asli buatan mama-mama Papua ini merupakan simbol dari kesuburan dan perdamaian bagi masyarakat Papua, khususnya di daerah pegunungan tengah Papua yang dihuni oleh beberapa suku seperti suku Dani, Yali, dan Lani. Dalam tradisinya, noken juga menjadi tolak ukur bagi perempuan Papua zaman dulu sebagai simboln kedewasaan. Perempuan yang sudah bisa membuat noken dianggap sudah dewasa, sedangkan yang belum bisa membuat noken dianggap sebaliknya.
Pembuatan noken sendiri dianggap sulit dan memakan proses yang panjang karena tas ini tidak menggunakan bahan tekstil apapun, hanya memanfaatkan serat pohon melinjo, pohon nawa, pohon manduam atwu anggrek hutan. Tidak jarang, wisatawan yang berkunjung ke Papua akan membeli noken sebagai oleh-oleh. Sejak diakui UNESCO, noken semakin dikenal di dalam negeri maupun luar negeri.
Noken memiliki potensi sebagai produk ekonomi kreatif yang apabila dikelola dengan baik dapat mengangkat perekonomian masyarakat setempat dari sektor ekonomi kreatif.
Penulis: Hari Suroto (arkeolog, tinggal di Jayapura) Bisa dihubungi di Instagram: @surotohari
Be First to Comment