Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) masih menjadi topik yang kontroversial dan sampai sekarang, Indonesia belum memiliki PLTN sendiri. Tapi bukan berarti riset tentang segala sesuatu mengenai nuklir berhenti. Baru-baru ini Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) telah meneliti fluida pendingin baru, dalam rangka pengamanan reaktor nuklir.
Fluida pendingin itu disebut nanofluida dan merupakan hasil penelitian peneliti Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) BATAN, Dani Gustaman Syarif. Dani sendiri baru saja dikukuhkan sebagai profesor riset pada November lalu.
Menurut Dani, seperti dilansir Ristekdikti.go.id, nanofluida memiliki konduktivitas termal atau kemampuan penghantaran panas yang lebih baik dibandingkan fluida pendingin konvensional seperti air. Ini sebab ada partikel nano di dalam cairan tersebut.
Selama ini reaktor nuklir menggunakan air sebagai penghantar panas dan pendingin dalam reaktor. Untuk menghasilkan konduktivitas termal fluida yang lebih besar, biasanya reaktor nuklir memperluas permukaan pipa-pipa atau memberikan tekanan lebih tinggi, sehingga kecepatan airnya lebih besar. Namun semua solusi ini kurang ekonomis. Kehadiran nanofluida dianggap dapat menjadi solusi.
Dani menjelaskan, nanofluida dapat digunakan pada 4 bagian reaktor nuklir, yakni sebagai pendingin primer, pendingin sekunder, pendingin untuk ECCS (Emergency Core Cooling System) dan RVCS (Reactor Vessel Cooling System). Literatur menyebutkan, nanofluida memiliki kemampuan konduktivitas termal lebih besar hingga 40 persen daripada konduktivitas fluida dasar seperti air, sehingga lebih ekonomis.
Bagaimana cara membuat nanofluida? Dani mengatakan, nanofluida dapat dibuat dari berbagai material nanopartikel seperti logam, keramik, dan karbon, dengan menggunakan berbagai fluida dasar seperti air, etilen glikol, minyak, dan sebagainya. Namun material paling menjanjikan adalah keramik sebab bahan mentahnya banyak di Indonesia. Penelitian Dani sendiri masih pada tahap awal, diperlukan riset lebih lanjut.
Be First to Comment