Tahukah kalian burung pelatuk (woodpacker)? Burung ini ternyata mampu mematuk batang pohon dengan kekuatan yang signifikan dan kecepatan sampai 20 kali per detik, untuk melubangi batang yang keras itu. Tapi mengapa kepala, rahang, maupun lehernya tidak cedera?
Burung pelatuk adalah keluarga Picidae. Grup burung ini tersebar di berbagai tempat di dunia kecuali di Australia, Nugini, Selandia Baru, Madagaskar, dan di daerah kutub. Hewan ini terkenal dengan kemampuannya mematuk batang atau dahan pohon untuk membuat lubang untuk menangkap serangga dan mengekstraksi getah. Mereka mampu melakukan semua itu tanpa menyakiti atau melukai dirinya.
Dilansir dari Science Alert, The Center for Biological, Bioinspired, and Biomaterials (CB3M) meneliti struktur tengkorak kepala dan lidah burung pelatuk sebab anatomi burung ini terbilang unik. Penelitian mereka diharapkan bisa menghasilkan perkakas perlindungan kepala manusia yang lebih baik.
Dari penelitian diketahui bahwa burung pelatuk punya bulu ekor dan kuku yang kuat, sehingga mereka dapat terbang dan menyeimbangkan tubuhnya ketika paruhnya mematuki batang pohon dengan kecepatan 7 meter per detik. Saat paruh mereka menyerang, kepalanya melambat sekitar 1.200 kali gaya gravitasi. Semua ini terjadi tanpa menyebabkan kehilangan kesadaran atau kerusakan otak.
Kalian tahu, atlet olahraga kadang bisa mengalami cedera otak ketika kepala mereka terbentur berulang kali. Kejadian ini umum terjadi di olahraga yang mengandalkan kontak fisik seperti sepakbola, american football, atau hoki. Trauma cedera otak ini bisa menyebabkan kerusakan otak, seperti chronic traumatic encephalopathy (CTE), yang sulit dipulihkan. Dampaknya, penderita bisa mengalami kehilangan memori, depresi, impulsivity, meningkatnya agresivitas, dan keinginan untuk bunuh diri.
Dari hasil penelitian analisis biomekanis terhadap kepala burung pelatuk, diketahui bahwa burung ini mengembangkan kemampuan penyerapan benturan di kepalanya, sesuatu yang tak ada di kepala unggas lain macam ayam. Mereka juga punya struktur tengkorak kepala, otot leher, tulang paruh dan lidah, yang spesial. Tulang tengkorak mereka punya komposisi kimiawi dan densitas yang berbeda, berkat akumulasi mineral tulang yang lebih tinggi sehingga tulang ini lebih kuat dibandingkan burung lain.
Anehnya, tulang tengkoraknya sendiri sangat tipis dan hanya ada sedikit cairan yang memisahkan otak dan tulang tengkorak, tak seperti burung dan hewan lain. Ini berarti, tengkorak ini beradaptasi menjadi lebih keras dan tangguh pada saat yang bersamaan. Biasanya, dalam kenyataan di dunia sains materi, selalu ada trade-off antara kekuatan dan ketangguhan. Kalau materi makin keras dan tangguh, maka berkurang juga dampak benturan yang ditransfer ke otak.
Perbedaan kedua adalah burung pelatuk memiliki lebih sedikit cairan internal di sekitar otak daripada hewan besar lainnya. Ini membantu membatasi gerakan otak selama mematuk.
Mengenai sedikitnya cairan yang membungkus otak, ini ternyata membantu membatasi gerakan otak burung pelatuk saat mereka melubangi kayu. Berkurangnya jumlah cairan memiliki efek yang sama dengan analogi kuning telur dari telur rebus, yang tidak akan rusak oleh pengocokan, dibandingkan dengan kuning telur mentah.
Pelatuk juga memiliki tulang yang tertanam di lidah mereka yang membantu mengekstraksi serangga dari pohon. Lidah yang tidak biasa membungkus bagian belakang tengkorak dan jangkar di depan antara mata. Konfigurasi ini memungkinkan lidah dan tulangnya bertindak sebagai pegas, mengurangi kekuatan fisik dan getaran terkait.
Kekakuan dan kekuatan tulang disebabkan oleh selubung padat yang membungkus tulang. Tetapi tulang lidah burung pelatuk memiliki struktur yang berlawanan: selubung fleksibel dan tulang inti lebih keras. Konfigurasi dalam-luar ini memberikan fleksibilitas yang lebih baik dan dapat menyerap dampak dan getaran yang lebih tinggi. Tengkorak dan tulang lidah pelatuk yang tidak spesial adalah contoh struktur tahan benturan yang penting untuk melindungi otak burung pelatuk saat mereka mematuk kayu.
Be First to Comment