Ada anggapan yang mengatakan bahwa makan sebelum berenang itu berbahaya. Malah di Amerika Serikat ada buku panduan kepanduan yang memperingatkan bahwa makan kurang dari 90 menit sebelum berenang akan menyebabkan orang itu tenggelam.
Peter Wenicki, seorang ahli ortopedi di Cleveland Clinic Indian River Hospital dan anggota Dewan Penasihat Keilmiahan Palang Merah, mengatakan itu hanyalah isapan jempol belaka. “Tidak apa-apa berenang kapan saja setelah kamu makan,” katanya, seperti dilansir Live Science.
Mitos mengatakan, makan akan mengalirkan darah ke perut dan menjauhi otot, sehingga menyebabkan kram yang melumpuhkan dan menyakitkan ketika berenang. Wernicki membenarkan bahwa kram terjadi ketika pasokan darah ke otot tidak mencukupi. Dan ketika kita makan, tubuh akan mengalirkan darah ekstra ke perut. Saat kita berolahraga, tubuh juga mengalirkan darah ekstra.
Tetapi, perubahan suplai darah setelah kita makan tidak akan menyebabkan masalah medis yang berbahaya. Dengan kata lain kram otot akibat suplai darah yang rendah tidak terjadi pada orang sehat. Kalau pun terjadi, ada kondisi medis lain yang menyebabkan, yaitu arteriosklerosis, atau kondisi di mana dinding arteri kita menyempit dan mengeras.
Mitos soal makan sebelum berenang ini sudah diteliti serius oleh para ilmuwan sejak 1960-an. Sejumlah studi dilakukan untuk mencari tahu apakah makan sebelum berenang dapat berdampak pada performa atlet atau mengakibatkan segala jenis mual. Namun sebuah penelitian kecil menemukan bahwa itu tidak benar. Pada tahun 1968, ilmuwan memberi makan 24 perenang dengan sarapan sereal, roti bakar, gula, mentega, dan susu murni. Kemudian minta mereka menunggu beberapa saat sebelum berenang. Tidak ada atlet yang mengalami kram atau mual sama sekali; mereka bahkan tidak melambat, menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Research Quarterly for Exercise and Sport.
Pada 2011, hal itu diperkuat lagi dengan scientific review dari Palang Merah Amerika Serikat. Mereka menegaskan bahwa pelarangan makan sebelum berenang adalah tidak perlu dan tak ada bukti ilmiahnya. Belum pernah ada yang tercatat tenggelam gara-gara makan sebelum berenang.
Tetapi kasus orang tewas karena tenggelam memang memprihatinkan. Pada 2019 lalu, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa, dari riset tahun 2016, diketahui bahwa setiap tahun ada 322 ribu orang tewas tenggelam di seluruh dunia. Angka kematian ini lebih besar dari angka kematian akibat ibu melahirkan dan akibat HIV/AIDS, bahkan hampir menyamai angka kematian akibat gizi buruk. Di Indonesia, menurut WHO, angka kasus tenggelam adalah 3,3 per 100 ribu jiwa atau mendekati 9.000 orang pada 2016.
Be First to Comment