Petir menewaskan orang, itu sering terjadi. Tapi kalau kejadiannya sering dan menyebabkan 147 orang tewas dalam 10 hari, itu hanya terjadi di India. Mengapa petir di India ‘mengamuk’?
‘Serangan’ petir terjadi di Negara Bagian Bihar di India bagian utara. Kepada kantor berita AFP, pejabat setempat mengatakan kondisi ini dikhawatirkan makin memburuk dan perubahan iklim diduga sebagai penyebabnya.
Korban tewas sesungguhnya sudah mencapai 215 orang kalau dihitung sejak akhir Maret 2020, ketika petir mulai menyerang negara bagian termiskin di India tersebut. “Saya diberitahu oleh pakar cuaca, ilmuwan, dan pejabat lainnya, bahwa kenaikan temperatur akibat perubahan iklim adalah penyebab utama peningkatan terjadinya petir ini,” kata Menteri Manajemen Kebencanaan di Bijar, Lakshmeshwar Rai.
Pada hari Sabtu pekan lalu saja, petir menewaskan 25 orang. Departemen Meteorologi India memperingatkan bahwa intensitas petir yang tinggi masih akan terjadi sampai 48 jam ke depan.
Serangan petir selama monsoon tahunan, yang terjadi pada Juni-September sebenarnya cukup umum di India. Namun, tahun ini Bihar sudah melampui jumlah korban tewas akibat petir yang terjadi selama 5 tahun terakhir. Padahal musim monsoon sendiri baru saja dimulai. Tahun lalu, korban tewas mencapai 170 orang selama periode monsoon.
Ahli agro meteorologi di Bihar, Abdus Sattar, kepada AFP mengatakan petir dan guntur disebabkan oleh ketidakstabilan yang sangat tinggi di atmosfer, dipicu oleh kenaikan temperatur dan ke kelembaban yang berlebihan.
Pemerintah setempat telah meluncurkan aplikasi yang katanya dapat membantu memprediksi serangan petir. Tapi masalahnya, banyak petani miskin tak memiliki smartphone. Di negara bagian tetangga mereka, Uttar Pradesh, sebanyak 200 orang sudah tewas disambar petir sejak April. Lebih dari 2.300 orang tewas disambar petir di India pada 2018, menurut data National Records Crime Bureau.
Musim hujan memang penting di India. Tapi musim ini juga membawa bencana kematian dan kerusakan.
Sebenarnya mengapa orang bisa tersambar petir?
Petir adalah salah satu fenomena alam tertua yang diamati di bumi. Menurut National Severe Storms Laboratory (NSSL) di NOAA, petir adalah percikan listrik dalam ukuran raksasa di atmosfer dan terjadi di awan, di udara, atau di atas permukaan tanah. Menurut National Geographic percikan ini bisa mencapai 8km panjangnya dengan temperatur bisa mencapai 27.700 derajat Celsius dan mengandung tegangan listrik ratusan juta volt.
Pada tahap awal terbentuknya, udara bertindak sebagai insulator antara muatan positif dan negatif di awan dan antara awan dan tanah. Ketika muatan berlawanan bertambah cukup, kapasitas isolasi udara ini pecah dan ada pelepasan listrik yang cepat yang kita kenal sebagai petir.
Proses pecahnya isolator udara ini sebenarnya masih belum banyak dipahami. Tapi hal itu telah menciptakan ion dan elektron yang mengalir di saluran penghantar. Aliran arus ini untuk sementara menyamakan daerah yang diisi di atmosfer sampai muatan yang berlawanan bertambah.
Adapun petir yang terjadi pada badai dimulai di medan listrik yang kuat antara muatan yang berlawanan di dalam awan badai, dan dapat sepenuhnya berada di dalam awan (petir di dalam awan) ketika daerah muatan memiliki kekuatan yang sama (seimbang) atau dapat mencapai tanah (cloud-to- ground lightning) ketika salah satu daerah lebih kuat dari yang lain (tidak seimbang).
Petir menyerang manusia karena manusia bisa bertindak sebagai konduktor terdekat untuk muatan petir ke bumi. Muatan listrik akan terlebih dulu diinduksi pada orang yang akan diserang.
Be First to Comment