Beberapa waktu lalu masyarakat dihebohkan relawan yang mendengar ‘suara-suara’ korban pesawat jatuh Sriwijaya Air SJ 182. Benarkah sebagian kita mampu mendengar suara orang yang sudah meninggal dunia? Mengapa ada kemampuan seperti itu?
Sebuah riset terbaru, dilansir dari Science Alert, mendapati alasan mengapa sebagian kita bisa mendengar ‘suara-suara’ dari dunia orang mati. Menurut mereka, orang yang bertendensi memiliki tingkat absorption yang besar, pengalaman mendengar sesuatu yang tak biasa pada saat kecil, dan kerentanan yang tinggi pada halusinasi pendengaran, akan cenderung untuk mendengar ‘suara-suara’ dibanding orang lain.
Orang dengan ciri-ciri seperti itu, menurut peneliti, bertendensi mengklaim telah mendengar suara-suara orang mati. Menurut peneliti, temuan ini akan membantu kita memahami masalah halusinasi pendengaran yang biasanya mengikuti mental illness seperti schizophrenia.
Pengalaman spiritual yang dialami orang yang disebut clairvoyance dan clairaudience (pengalaman melihat atau mendengar sesuatu tanpa adanya stimulus eksternal, dan dikaitkan dengan roh orang mati) sudah lama menarik minat para ilmuwan, baik ahli antropologi maupun ilmuwan yang meneliti pengalaman halusinasi patologis.
Para ilmuwan ingin tahu mengapa mereka yang memiliki pengalaman auditory melaporkan pengalaman spiritual sementara yang lain makin stress dan mengalami masalah mental. “Spiritualis cenderung melaporkan pengalaman auditory yang tak biasa ini dengan positif, dimulai dari kecil dan mereka mampu mengontrolnya,” kata ahli psikologi Peter Moseley dari Northumbria University di Inggris. “Memahami bagaimana ini berkembang sangat penting sebab akan menolong kita memahami pengalaman auditory yang bikin stress dan tak terkontrol.”
Moseley dan koleganya, psikolog Adam Powell dari Durham University lalu merekrut dan mensurvei 65 clairaudient (orang yang mengaku mampu mendengar suara orang mati dan menjadi perantara ke dunia orang mati) dari Spiritualists’ National Union dan 143 anggota masyarakat umum yang tak punya pengalaman mendengar suara orang mati. Penelitian mereka diterbitkan di jurnal Mental Health, Religion and Culture.
Secara keseluruhan, 44,6 persen Spiritualists melaporkan mereka mendengar suara setiap hari dan 79 persen mengatakan pengalaman itu adalah bagian dari hidup mereka sehari-hari. Sebagian besar mengatakan mendengar suara-suara itu di dalam kepala dan 31.7 persen mengatakan mendengar suara dari eksternal juga. Kaum spiritualis ini dilaporkan cukup percaya pada paranormal dan tak terlalu peduli pada anggapan orang lain.
Umumnya kaum spiritualis ini mendapatkan pengalaman pertama mereka saat masih kecil dan dilaporkan memiliki tingkat absorption yang tinggi. Ini istilah yang menggambarkan ketenggelaman total dalam aktivitas mental atau keadaan yang berubah, dan seberapa efektif individu dalam mengabaikan dunia di sekitar mereka. Dilaporkan, kaum spiritualis ini juga kebanyakan memiliki pengalaman seperti halusinasi.
Studi ini, menurut ilmuwan, menunjukkan bahwa mendengar ‘suara orang mati’ bukanlah merupakan hasil dari tekanan teman sebaya, konteks sosial yang positif, atau sugestibilitas karena kepercayaan pada paranormal. Sebaliknya, mereka menjadi Spiritualis karena hal itu sejalan dengan pengalaman mereka dan secara pribadi berarti bagi mereka.
Be First to Comment