Pari manta termasuk spesies yang terancam punah. Tapi penemuan lebih dari 1.000 ekor pari manta di seputaran perairan Taman Nasional Komodo telah membangkitkan harapan.
Temuan mengenai jumlah populasi pari ini sudah diterbitkan di jurnal PeerJ baru-baru ini.
Dilansir dari Daily Mail, para peneliti meyakini Taman Nasional Komodo mungkin memegang kunci dalam upaya pemulihan populasi pari, yang sebagian besar terancam oleh penangkapan ikan komersial.
Desember lalu, status konservasi pari manta raksasa diubah menjadi ‘terancam punah’ dalam Daftar Merah International Union for the Conservation of Nature (IUCN).
Pari manta hadir sepanjang tahun di Taman Nasional Komodo, menjadi salah satu yang dicari turis saat berkunjung ke sana, di samping megafauna komodo itu sendiri.
Baca juga: Polemik Proyek Pembangunan di Habitat Komodo
Salah satu spesiesnya adalah Manta karang (Mobula alfredi), yang dapat tumbuh hingga 5 meter, cenderung tinggal dan mencari makan di habitat pesisir yang dangkal. Mereka juga mengunjungi ‘stasiun pembersihan’ di terumbu karang untuk mendapatkan parasit, atau kulit mati yang diambil oleh ikan-ikan kecil.
Pari manta individu diidentifikasi oleh pola perut mereka yang unik dan terkadang mencolok.
Ilmuwan dari Marine Megafauna Foundation (MMF) dan Universitas Murdoch di Australia bekerja sama dengan publik sebagai bagian dari proyek penelitian lima tahun.
Para peneliti bekerja sama dengan komunitas operator selam yang melayani taman tersebut untuk mendapatkan sumber foto-foto identifikasi pari manta yang mengunjungi perairan taman dan mengirimkannya ke MantaMatcher.org, sebuah database online untuk manta dan pari lainnya.
Sebagian besar gambar berasal dari hanya empat lokasi dari lebih dari 20 yang biasa dikunjungi oleh kapal wisata.
Baca juga: Tokek-Gecko, Cicak-Lizard, Apa Sih Bedanya
Penulis utama studi itu Dr Elitza Germanov, dari MMF, mengatakan kagum dengan betapa terbukanya komunitas penyelam lokal dalam membantu mengumpulkan data yang sangat dibutuhkan tentang hewan-hewan yang terancam ini.
“Dengan dukungan mereka, kami dapat mengidentifikasi lebih dari 1.000 individu pari manta dari lebih dari 4.000 foto,” katanya.
Dr Andrea Marshall, peneliti utama dan salah satu pendiri MMF, melihat potensi untuk melibatkan masyarakat dalam pengumpulan data makhluk laut yang terancam.
Dia bekerja dengan perusahaan perangkat lunak WildMe untuk mengembangkan platform database satwa liar online untuk mencocokkan dan membuat katalog pari manta di berbagai populasi di seluruh dunia.
Rekan penulis studi Dr Marshall mengatakan orang-orang menyukai pari manta karena merupakan salah satu hewan paling ikonik di lautan.
“Meningkatnya jumlah orang yang terlibat dalam scuba diving, snorkelling dan munculnya kamera bawah air yang terjangkau berarti bahwa foto dan video yang diambil oleh publik selama liburan mereka dapat digunakan untuk pengumpulan data skala yang cepat dan terjangkau,” katanya.
Foto-foto dan informasi waktu dan lokasi yang menyertainya digunakan untuk membangun sejarah penampakan individu pari manta, yang kemudian dapat dianalisis dengan model pergerakan statistik.
Model dapat memprediksi kemungkinan bahwa pari manta menghuni atau bepergian di antara lokasi tertentu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa pari manta bergerak di sekitar taman dan yang lainnya sampai ke Nusa Penida, lebih dari 270 mil jauhnya.
Namun, secara keseluruhan, individu pari manta menunjukkan kecenderungan untuk berada di lokasi tertentu di taman nasional itu.
Dr Germanov berkata: “Saya merasa sangat menarik bagaimana beberapa pari manta tampaknya lebih suka menghabiskan waktu mereka di beberapa situs daripada yang lain, bahkan ketika situs berjarak lima kilometer, yang merupakan jarak pendek untuk pari manta.”
“Ini berarti pari manta yang lebih memilih lokasi di mana kegiatan penangkapan ikan terus berlangsung atau yang lebih populer dengan pariwisata akan menanggung dampak yang lebih besar.’
Aktivitas penangkapan ikan telah dilarang di banyak wilayah pesisir di TN Komodo sejak tahun 1984, termasuk perlindungan di habitat pari manta.
Namun, karena aktivitas penangkapan ikan ilegal dan pergerakan pari manta ke perairan yang banyak aktivitas penangkapan ikan, para peneliti mengatakan bahwa spesies tersebut terus menghadapi sejumlah ancaman dari perikanan.
Sekitar 5 persen pari manta Komodo mengalami luka permanen yang kemungkinan besar diakibatkan oleh kontak dengan alat tangkap.
Popularitas Taman Nasional Komodo untuk pariwisata tumbuh selama penelitian, menghasilkan peningkatan 34 persen kapal pariwisata yang mengunjungi lokasi pari manta.
Peningkatan aktivitas berperahu dan aktivitas penyelam dan snorkeling yang berlebihan dapat berdampak negatif terhadap pari manta dan habitatnya. Oleh sebab itu, pada 2019, Otoritas Taman Nasional Komodo memberlakukan batasan jumlah perahu dan orang yang mengunjungi salah satu situs manta paling terkenal.
Ande Kefi, yang bekerja di taman dan terlibat dalam penelitian tersebut, mengatakan penelitian ini menunjukkan bahwa tempat-tempat di mana wisatawan biasa mengamati pari manta penting bagi hewan untuk memberi makan, membersihkan, dan kawin.”Ini berarti bahwa Taman Nasional Komodo harus membuat langkah-langkah untuk membatasi gangguan di situs-situs ini,” katanya.
Dia menambahkan: “Saya berharap studi ini akan mendorong operator pariwisata untuk memahami perlunya peraturan yang telah diberlakukan dan meningkatkan kepatuhan.”
Membatasi jumlah perahu wisata yang diperbolehkan pada satu waktu di semua lokasi agregasi pari manta dan membuat kode etik untuk menyelam dan snorkelling dengan pari manta diusulkan sebagai cara untuk meminimalkan dampak dari pariwisata.
Be First to Comment