Press "Enter" to skip to content
Ilustrasi gelombang panas (Foto: Gerd Altmann/Pixabay)

Mengapa Gelombang Panas Begitu Mematikan

Kita di Indonesia mungkin kurang merasakan penderitaan orang-orang yang ada di Eropa dan Amerika Serikat, di mana mereka merasakan cuaca yang teramat panas hari-hari ini. Di sebagian Inggris, panasnya memecahkan rekor. Tercatat pada 19 Juli lalu, suhu di sana mencapai 40 derajat Celsius. Begitu juga di Amerika Serikat, ratusan juta orang tersiksa oleh gelombang panas.

Gelombang panas yang tak saja bikin tak nyaman, tapi juga mematikan.

Di Spanyol dan Portugas, temperatur yang panas dalam dua pekan telah menyebabkan 1.169 kematian, seperti dilansir ABC News. Angka ini mengingatkan kita pada angka kematian 14.802 orang akibat hipertermia di Prancis saja, pada 2003. Saat itu banyak kaum lansia yang tinggal sendirian di apartemen tanpa penyejuk udara.

Jadi, mengapa gelombang panas ini bisa membunuh kita?

Dilansir dari Live Science, ketika suhu inti tubuh kita terlalu tinggi, segalanya rusak. Usus kita akan membocorkan racun ke dalam tubuh. Sel-tel tubuh kita mulai mati dan tubuh kita merespons peradangan yang menghancurkan.

Hal paling bahaya dalam kematian akibat kepanasan adalah seberapa cepat kematian itu terjadi. Bagi orang tua, itu lebih berisiko karena seringkali sistem kardiovaskular mereka kurang tahan terhadap ketegangan yang disebabkan oleh panas berlebih. Begitu penelitian yang pernah diterbitkan tahun 2014 di jurnal Medicine & Science in Sports & Exercise.

Tetapi dalam suhu yang cukup ekstrim pun, bahkan anak muda yang sehat secara fisik bisa jadi korban. Salah satu korban gelombang panas di Phoenix pada tahun 2017 adalah seorang pelatih pribadi yang sedang bersepeda gunung bersama teman-temannya. Saat itu suhu melonjak hingga 47,7 derajat Celsius. Meskipun minum banyak air dan bersepeda dengan dua dokter yang berusaha memulihkannya, wanita itu tak tertolong.

Lalu pada 2021, Philip Kreycik, seorang pelari yang berpengalaman di California juga tewas akibat serangan panas. Di Northern California, pada tahun yang sama, sekeluarga ditemukan tewas di Sierra National Forest karena sebab yang sama.

Tanda-tanda dan fase serangan panas pada tubuh kita

Istilah medis untuk panas tubuh yang berlebihan adalah hipertermia. Fase pertamanya adalah kelelahan karena panas. Kondisi ini ditandai dengan keringat yang banyak, mual, muntah, dan bahkan pingsan. Denyut nadi berpacu, dan kulit menjadi lembap. Kram otot bisa menjadi tanda awal kelelahan akibat panas, menurut Centers for Disease Control and Prevention.

Kelelahan akibat panas dapat diatasi dengan pindah ke tempat yang sejuk, melonggarkan pakaian, dan mengoleskan kain basah yang dingin ke tubuh.

Tetapi kalau itu gagal terjadi, maka korban akan memasuki serangan panas (heat stroke). Kondisi ini terjadi ketika suhu tubuh inti seseorang naik di atas 40 derajat Celsius. Saat heat stroke terjadi, keringat berhenti dan kulit menjadi kering dan memerah. Denyut nadi cepat. Korban bisa mengigau dan pingsan.

Ketika mencoba untuk mengimbangi panas yang ekstrim, tubuh melebarkan pembuluh darah di kulit dalam upaya untuk mendinginkan darah. Untuk melakukan ini, tubuh harus menyempitkan pembuluh darah di usus. Berkurangnya aliran darah ke usus meningkatkan permeabilitas antara sel-sel yang biasanya menyimpan isi usus, dan racun dapat bocor ke dalam darah.

Racun yang bocor ini memicu respons peradangan yang masif di dalam tubuh. Begitu masifnya sehingga upaya untuk melawan racun tersebut dapat merusak jaringan dan organ tubuh itu sendiri.

Sulit untuk mengatakan kerusakan apa yang disebabkan langsung oleh panas dan apa yang disebabkan oleh efek sekunder racun. Sel-sel otot rusak, menumpahkan isinya ke dalam aliran darah dan membebani ginjal, yang pada gilirannya mulai mengalami kegagalan. Kondisi ini disebut rhabdomyolysis.

Protein di limpa mulai menggumpal sebagai akibat langsung dari panas, pada dasarnya seperti dimasak. Penghalang darah-otak yang biasanya menjauhkan patogen dari otak menjadi lebih permeabel, memungkinkan zat berbahaya masuk ke otak.

Otopsi orang yang terbunuh oleh serangan panas sering mengungkapkan pendarahan mikro (stroke kecil) dan pembengkakan. Sebanyak 30 persen dari orang yang selamat dari serangan panas mengalami kerusakan permanen pada fungsi otak.

Sebanyak 10 persen mereka yang mengalami heat stroke akan berujung pada kematian. Begitu data dari American Association of Family Physicians (AAFP). Kelelahan akibat panas membutuhkan perawatan medis segera dan pendinginan yang cepat.

Lansia dan mereka yang memiliki kondisi medis kronis lebih sulit mengatur suhu tubuh mereka dan obat-obatan untuk beberapa penyakit kronis justru dapat memperburuk masalah. Demikian pula, sinyal antara tubuh dan otak yang membuat orang merasa haus mungkin tidak berfungsi dengan baik di usia tua.

Cara mencegah kita jadi korban serangan panas

  • Minumlah setidaknya 2 liter air per hari jika Anda kebanyakan berada di dalam ruangan dan 1 hingga 2 liter tambahan untuk setiap jam waktu di luar ruangan.
  • Minumlah sebelum Anda merasa haus, dan hindari alkohol dan kafein.
  • Kenakan pakaian ringan berwarna terang dan gunakan topi atau payung untuk membelokkan sinar matahari.
  • Makanlah dengan porsi yang lebih kecil dan lebih sering, ketimbang makan dalam porsi yang besar.
  • Hindari aktivitas berat.
  • Tetap di dalam ruangan selama mungkin.
  • Beristirahatlah secara teratur jika Anda harus memaksakan diri keluar pada hari-hari yang panas.

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mission News Theme by Compete Themes.
%d blogger menyukai ini: