Tanggal 19 September 2022 yang lalu di Jambi diselenggarakan seminar internasional dalam rangka Kenduri Swarnabhumi. Dalam seminar itu yang dibicarakan adalah tentang perdagangan rempah di dunia Melayu. Namun bukan itu yang hendak saya bicarakan.
Dalam tulisan singkat ini saya hendak membahas tentang nama Svarṇṇdvīpa dan Svarṇṇabhūmi. Untuk orang awam dan beberapa pakar sejarah dan arkeologi kedua nama itu benar adanya. Orang bisa menyebutnya Svarṇṇadvīpa, dan bisa juga menyebutnya Svarṇṇabhūmi. Sekarang mari kita telusuri satu persatu dari kedua nama itu.
Nama Svarṇṇadvīpa ditemukan di dalam beberapa sumber India seperti Kitab Ramayana karangan Walmiki, Raghuvamśa karangan Kalidasa, dan Prasasti Nālanda. Dalam Prasasti Nālanda disebutkan nama Yavabhūmi dan Svarṇṇadvīpa tempat asalnya Bālaputradeva dan keluarga Śailendra. Kedua nama tersebut mengacu kepada Yavadvīpa untuk Pulau Jawa dan Svarṇṇadvīpa untuk Pulau Sumatra sebagaimana yang disebutkan dalam bahasa Sansekerta dalam kitab Ramayana dan Raghuvamśa. Mengenai lokasinya tak diragukan lagi, yaitu Pulau Jawa dan Pulau Sumatra sebagaimana tertulis dalam kata ”dvīpa” yang berarti ”pulau”.
Svarṇṇadvīpa berbeda dengan Svarṇṇabhūmi yang dalam pengertian mengacu pada Indocina. Jelas kedua nama tempat itu berada di pantai tenggara dan utara Teluk Benggala atau Ramannadesa (sekarang Myanmar). Nama ”Svarṇṇabhūmi” disebutkan dalam Prasasti Pagarruyung I atau Prasasti Bukit Gombak II dari daerah Tanah Datar (Pagarruyung) dalam kalimat ”lmah jirṇṇapadasaptasvarṇṇabhūmi” yang artinya “menjadi pembangun tujuh kaki Svarṇṇabhūmi”. Data tersebut cukup kuat karena disebutkan dalam prasasti yang dipahatkan pada batu. Tetapi dapat juga diidentifikasi sebagai kawasan Thailand yang letaknya di sebelah timur Ramannadesa.
Mengenai Svarṇṇabhūmi di Thailand saya teringat rekan arkeolog dari Thammasat University ketika ikut serta dalam kegiatan seminar SPAFA Consultative Workshop on Archaeology and Environmental Studies on Śrīvijaya di Sumatra. Di Bukittinggi dia menyempatkan diri ke pasar untuk membeli perhiasan emas.
Ketika saya bertanya bukankah di Bangkok banyak dijual emas? Beliau menjawab bahwa Thailand disebut juga Svarṇṇabhūmi yang maknanya bahwa di Thailand buminya banyak terdapat emas. Namun logam emas yang ditambang di Thailand kualitasnya atau kadarnya kurang bagus. Karena itulah beliau mencari emas dalam bentuk batangan dan perhiasan di Sumatra yang kadar emasnya jauh lebih baik.
Nama Svarṇṇabhūmi dan Svarṇṇadvīpa sudah cukup lama dikenal untuk menyebut Pulau Sumatra. Kedua nama tersebut benar adanya, karena keduanya jelas-jelas disebutkan dalam dua prasasti yang berbeda tempat ditemukannya. Keduanya juga menghasilkan banyak emas. Namun mana yang lebih tepat untuk menyebut Sumatra, apakah Svarṇṇabhūmi atau Svarṇṇadvīpa? Apabila mengacu kepada nama pulau maka yang tepat namanya Svarṇṇadvīpa sebagaimana tercermin pada kata ”dvīpa” yang berarti ”pulau”.
Bambang Budi Utomo (Penulis adalah arkeolog senior dan peneliti di Puslitbang Arkenas)
Be First to Comment