Press "Enter" to skip to content
Komodo (Dok. Simon Bardet/Pixabay)

Mengenal Cagar Biosfer Komodo, Sang Penyangga Kawasan Lindung

Cagar Biosfer Komodo (CBK) terletak di kawasan Sunda Kecil, di antara gugusan pulau dan perairan di sekitarnya. Cagar ini terletak di sisi timur garis Wallacea dan memiliki bentang alam yang sangat unik dan mempunyai nilai yang sangat tinggi, mengandung kekayaan sumber daya hayati dan budaya.

Kawasan inti CBK terdiri dari sabana, hutan dataran, sebagian hutan hujan tropis di puncak gunung, hutan pantai, hutan bakau, perairan laut, serta deretan pegunungan dan perbukitan. Daerah tersebut dipengaruhi oleh angin muson, dan iklim secara umum kering. Di bentang alam tertentu, seperti perbukitan dan pegunungan, iklimnya lebih lembab.

Luas kawasan inti CBK, menurut catatan adalah 1.817 km2, terdiri dari 603km2 daratan (33%) dan 1.214 perairan laut (67%). Ada usulan untuk perluasan area ini dengan tambahan 22km2 tanah dan 479km2 perairan laut. Adapun kawasan inti CBK meliputi Pulau Komodo, Pulau Rinca, Pulau Padar, Pulau Gilimotang, dan pulau-pulau kecil lain di sekitar keempat pulau tersebut, serta kawasan perairan laut.

“CBK merupakan seluruh kawasan konservasi Taman Nasional Komodo (TNK). CBK berperan sebagai sistem penyangga kehidupan kawasan lindung, khususnya fungsi perlindungan flora dan fauna. Fungsi keseimbangan ekologi, perubahan iklim, dan fungsi hidrologi yang telah dirasakan oleh masyarakat di wilayah ini,” kata Kepala Bidang Perekonomian dan Sumber Daya Alam Bappeda Manggarai Barat Theresia Yunita memaparkan, seperti dilansir dari BRIN.

Cagar biosfer ini sendiri dikenal sebagai lingkungan yang gersang, sebab hanya mempunyai sedikit atau tidak ada curah hujan sama sekali selama kurang lebih 8 bulan dalam setahun, dan sangat dipengaruhi oleh hujan muson. Tingkat kelembapan yang tinggi sepanjang tahun hanya ditemukan di hutan kuasi-awan di puncak gunung dan punggung bukit.

Selain itu kawasan inti juga mempunyai peranan sebagai sumber plasma nutfah bagi kehidupan manusia, yaitu manfaat iptek, pendidikan dan pelatihan, dukungan budidaya perikanan, ekowisata, dan jasa ekosistem lainnya. Sistem zonasi TNK sebagai kawasan inti CBK, meliputi zona inti yang terdiri dari hutan belantara, kamuse zona, zona tradisional, zona rehabilitasi, dan konservasi Komodo. TNK juga sebagai zona penyangga, biasanya mengelilingi atau berbatasan langsung dengan kawasan inti.

Selain zona inti, ada juga zona penyangga yang mengelilingi atau berbatasan langsung dengan kawasan inti. Dalam menentukan zona penyangga disarankan hanya untuk kepentingan ekologis kegiatan yang sehat seperti pendidikan lingkungan, stasiun penelitian, rekreasi, budidaya agroforestri, ekowisata dan pembangunan alam berkelanjutan.

Hasil identifikasi dan pemetaan CBK, wilayah buffer zone meliputi lahan seluas 259.680,14 hektar terletak di Kabupaten Manggarai Barat. Di samping itu ada daerah transisi sebagai daerah peralihan CBK di selatan dan utara berupa laut dan dalam timur dan barat berupa desa dan kota. Daerah peralihan adalah bagian timur bentuk perkotaan (Labuan Bajo), kawasan pertanian, kawasan pemukiman, dan kawasan kegunaan lainnya.

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mission News Theme by Compete Themes.