Lagi ngumpul sama teman-teman, tiba-tiba kamu ingin kentut. Takut dipermalukan, akhirnya kamu nahan kentut. Boleh nggak sih nahan kentut seperti itu? Apa dampaknya bagi kesehatan?
Dilansir dari Live Science, rata-rata seseorang itu akan mengeluarkan antara 0,5 hingga 1,5 liter gas setiap hari. Termasuk di dalamnya kentut. Kebanyakan gas ini tidak berbau. Tapi bagaimana dengan kentut yang berbau?
Gas adalah produk sampingan alami dari proses pencernaan kita dan menahan kentut bisa menahan gas itu keluar dari tubuh akan menyebabkan rasa tak nyaman. Seperti kembung dan bahkan rasa mual. Tapi kalau gas itu tak keluar, tubuh kita ini punya cara lain untuk mengatasi penumpukan gas ini.
Tapi apa dampak menahan perut kembung terhadap tubuh kita? Gas adalah produk sampingan alami dari pencernaan, dan menahannya dapat menyebabkan ketidaknyamanan, kembung, dan bahkan mual. , tubuh kita memiliki cara lain untuk mengatasi penumpukan gas ini.
“Ada banyak perubahan dan siklus yang berbeda yang terjadi pada bakteri yang ada di dalam usus kita yang membantu kita mencerna,” kata Ellen Stein, seorang ahli gastroenterologi di RWJ Barnabas Health di New Jersey dan juru bicara American Gastroenterological Association, kepada Live Science. “Kabar baiknya adalah kita memiliki proses untuk itu dan kabar buruknya adalah gas pada akhirnya harus keluar.”
Sejak kita makan, tubuh kita ini mulai memecah makanan secara mekanik dan kimiawi. Gigi secara mekanik akan menghaluskan dan ludah kita akan meluruhkan makanan secara kimiawi. Ketika makanan turun ke saluran pencernaan, ia akan diluruhkan di perut, di usus kecil, dan di usus besar.
Mikroba di usus ikut membantu meluruhkan makanan ke penyusun dasarnya. Lalu penyusun dasar ini diserap oleh aliran darah dan dialirkan ke seluruh tubuh sebagai energi. Tapi tak semua bisa digunakan oleh tubuh kita, khususnya jika tubuh kita tak bisa meluruhkan sepenuhnya suatu kandungan tertentu.
Misalnya orang dengan intoleransi laktosa, tidak punya enzim laktase yang cukup di usus kecil sehingga laktosa, yaitu gula di dalam produk susu, akan tinggal dan mengalami fermentasi dalam sistem pencernaan, yang menyebabkan gejala kembung, diare, dan gas berlebihan.
Tapi pencernaan yang normal pun bisa menghasilkan gas. Hidrogen sulfida yang menyebabkan bau telur busuk yang tercium di kentut, dihasilkan oleh bakteri baik dalam usus yang memecah protein. Karbohidrat sendiri dipecah di usus besar, dan produk sampingannya berupa hidrogen dan metana yang ditambahkan ke dalam gas yang menumpuk di dalam tubuh.
Kentut adalah cara alami tubuh menangani gas yang tidak dibutuhkan ini. Namun sebelum gas ini dapat dilepaskan, gas ini mengenai sfingter anus. Ini adalah perhentian terakhir, pusat kendali yang memberi tahu kita kapan harus mengeluarkan kentut.
Sfingter anus eksternal adalah satu-satunya bagian dari proses pencernaan yang dapat kita kendalikan secara sadar. Jadi, jika kita memutuskan waktu yang tidak tepat untuk buang angin, kita menyempitkan sfingter dan kentut terperangkap. Ketika tak bisa keluar, gas-gas tersebut akan kembali ke usus besar.
Tetapi pada dasarnya, tubuh akan berusaha mendorong gas keluar. Jadi kentut yang diabaikan pada siang hari sebagian besar dilepaskan saat istirahat di kamar mandi atau saat tubuh rileks saat tidur di malam hari.
Stein mengatakan, kalau selalu menahan kentut semakin lama akan berdampak buruk bagi usus. Kantong-kantong kecil yang disebut divertikula dapat terbentuk di usus besar Anda akibat tekanan kembung yang terus menerus, dan bisa berbahaya jika terinfeksi.
Be First to Comment