Seiring perkembangan waktu dan zaman, ilmu pun berkembang. Begitu juga dengan ilmu arkeologi, ilmu yang mempelajari masa lalu melalui benda-benda peninggalannya. Salah satu perkembangan ilmu arkeologi adalah yang disebut ilmu arkeoastronomi. Ilmu apa ini?
Arkeoastronomi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara astronomi dan budaya masa lalu. Dalam penerapannya, ilmu ini telah mengungkap fakta menarik tentang peradaban kuno di Indonesia, di antaranya adalah bahwa beberapa candi megah di Nusantara ternyata dibangun dengan mempertimbangkan pergerakan benda langit.
Antonia Rahayu Rosaria Wibowo, Peneliti Ahli Pertama dari Pusat Riset Manuskrip, Literatur, dan Tradisi Lisan (PR MLTL) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan pentingnya benda langit pada masa lalu. Salah satunya direkam oleh mahasiswa UGM Nabila Kharisma dan rekan-rekan, yang menemukan bahwa relief di Candi Borobudur menggambarkan objek astronomi, seperti bulan, bintang dan matahari, pada kolom ke-4 di sisi utara candi.
“Penelitian lain oleh Khairunnisa dan rekan-rekan menyebutkan bahwa di Candi Prambanan, Matahari dan Bulan memainkan peran penting dalam pembangunan Mandala Candi,” kata Antonia, seperti dilansir oleh BRIN.
BRIN sendiri, melalui PR MLTL dan Pusat Riset Antariksa, bekerja sama dengan peneliti dari Thailand yang dikoordinir oleh National Astronomical Research Institute of Thailand (NARIT), dan sejumlah perguruan tinggi di Jawa dan Bali melakukan pengukuran orientasi candi dan festival purnama, pada Juni 2024.
Salah satu fenomena menarik yang terungkap saat kolaborasi itu adalah terjadinya peristiwa Bulan Purnama Stroberi, yaitu ketika bulan purnama terlihat bulat sempurna dengan warna oranye kemerahan. Selain purnama stroberi, bulan Juni merupakan waktu terjadinya fenomena astronomi lain yaitu titik balik matahari bulan Juni.
Posisi benda langit pada saat titik balik matahari bulan Juni merupakan rujukan standar untuk melakukan pengukuran orientasi candi terhadap posisi benda langit.
Kolaborasi itu bermula dari proposal peneliti Thailand yang ingin menguji hipotesis adanya keserupaan tradisi antara Syailendra dan Lanna berupa kesejajaran arah candi dengan beberapa objek langit. Karena muatan proposal ini terkait astronomi dan budaya, terjadilah kolaborasi antara berbagai pusat riset BRIN, Universitas Indonesia, ITB, UGM, dan Universitas Warmadewa.
Kolaborasi ini bertujuan ganda, yakni pengukuran astronomi dengan alat theodolite yang dipasang di candi. Dalam penyelenggaraan festival bulan purnama, juga membahas kalender Jawa dan Bali.
Be First to Comment