Cacing ternyata punya banyak manfaat juga, tak sekadar untuk menggemburkan tanah atau jadi umpan memancing. Di tangan Fauzan Bakhtisofa, periset Bioindustri Laut dan Darat, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), cacing ternyata bisa jadi pakan alternatif untuk budidaya lobster.
Awalnya di rumah Fauzan, dia dan keluarganya banyak menghasilkan limbah organik seperti kulit-kulit buah dan sisa-sisa makanan yang tidak termakan. Karena tak mau menimbulkan bau, Fauzan kemudian memelihara cacing untuk mengurai limbah tersebut.
Tak hanya dapat mengatasi masalah limbah, Fauzan menemukan potensi pemanfaatan cacing sebagai pakan alternatif untuk lobster yang mudah didapat.
Limbah-limbah organik seperti kulit-kulit buah atau limbah organik lainnya bisa digunakan sebagai pakan cacing yang kemudian akan meningkatkan nutrisi dari cacing. Lalu cacing itu kemudian diberikan kepada lobster sehingga lobsternya tumbuhnya lebih cepat dan pada akhirnya meningkatkan produktivitas budidaya lobster itu sendiri.
“Dan bisa dibilang bisa win-win solution antara lingkungan mereka bisa menjadi lebih baik karena mengatasi permasalahan limbah organik di lingkungan mereka, selain itu produksi lobster mereka juga jadi lebih baik. Jadi banyak keuntungannya untuk praktik seperti ini,” kata Fauzan, dilansir dari BRIN.
Lobster merupakan komoditas perikanan yang sangat unik. Di dunia belum ada yang bisa berhasil membudidayakannya. Pembudidaya masih mengandalkan bibit liar dari alam yang tidak bisa didapat di semua tempat. Salah satunya bisa didapat dari Lombok yang dari kualitas airnya masih cukup baik.
Secara umum, di pasaran belum ada pakan komersial yang dijual di pasaran. Sehingga peternak saat ini menggunakan ikan rucah sebagai pakan lobster. Ikan rucah sendiri merupakan ikan sisa yang tidak laku dijual oleh nelayan, jadi secara jenis, pada dasarnya bisa ikan jenis apa saja.
Secara pertumbuhan masih lambat dan kelangsungan hidupnya juga lebih kecil. Biasanya bagi nelayan, kalau ingin meningkatkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup, mereka tambah lagi dengan kerang-kerangan atau cumi-cumian. Tapi itu harganya mahal ya. Jadi biaya produksinya juga meningkat cukup tinggi.
Di habitatnya, lobster yang merayap di dasar laut lebih banyak memakan kerang-kerangan atau hewan lunak lain yang bisa ditemukan di dasar perairan. Posisinya yang didasar membuatnya cukup jarang mendapatkan ikan untuk dimangsa.
Saat mencari alternatif pakan untuk lobster, Fauzan memiliki beberapa kriteria. Kriteria tersebut adalah harus bernutrisi tinggi, murah dan mudah didapat, serta yang paling utama tidak dijadikan makanan juga oleh manusia. “Cacing menurut saya memenuhi semua kriteria itu,” ucapnya.
Secara teori semua jenis cacing bisa saja digunakan. Namun Fauzan mengujicabakan pakan ini dengan cacing dari jenis African Nightcrawler. Dia memelihara lobster di laboratorium di bak-bak individual yang diisi beberapa ekor lobster memberi makan ikan rucah yang kemudian secara parsial disubtitusi dengan cacing, dari situ akan diamati bagaimana kelangsungan hidup masing-masing lobster.
Ternyata lobster yang merupakan hewan laut bisa memakan cacing tanah yang merupakan hewan darat. Dan ternyata pertumbuhannya pun dua kali lebih cepat dan kelangsungan hidupnya juga menjadi lebih baik. “Jadi cacing ini sangat potensial untuk kita gunakan sebagai pakan lobster,” katanya.
Be First to Comment