Salah satu misteri besar dalam sejarah hingga kini adalah, di mana Alexander Agung dimakamkan? Benarkah jasadnya dimakan ikan hiu?
Ketika Alexander Agung meninggal dunia pada 323 SM, 13 tahun setelah mendirikan salah satu dinasti terbesar di dunia, dia meninggalkan sebuah misteri terbesar dalam arkeologi. Banyak ilmuwan memperdebatkan, di mana dia dimakamkan. Ada banyak teori, mulai dari kampung halamannya di Makedonia hingga Mesir.
Seperti Cawan Suci atau Tabut Perjanjian, makam yang entah di mana letaknya ini, menimbulkan banyak mitos dan memikat banyak arkeolog selama bertahun-tahun.
“Selama makamnya tidak ditemukan, ia hidup dalam limbo semu-mistis, selamanya memicu ide dan teori baru serta kontroversi,” kata Nicholas Saunders, seorang profesor emeritus di Departemen Antropologi dan Arkeologi di University of Bristol di Inggris dan penulis buku ‘The Life of Alexander Agung’ (Brighter Child, 2006), seperti dilansir Live Science.
Ratusan orang telah memburu makam tersebut, namun tidak ada yang berhasil.
Calliope Limneos-Papakosta, direktur dan pendiri Hellenic Research Institute of Alexandrian Civilization, yang saat ini melakukan penggalian di Alexandria, Mesir, justru merasa sudah dekat. Dia bilang, makam itu mungkin tersembunyi di bawah jalan-jalan Alexandria modern, di persimpangan dua jalan raya kuno. Sebuah patung Helenistik yang menarik dan tanda-tanda lain dari tempat kuno dari periode yang tepat menunjukkan lokasi yang sangat menjanjikan.
Salah satu alasan mengapa makam itu masih belum ditemukan adalah karena jasad Alexander telah dipindahkan, sehingga ia dimakamkan lebih dari satu kali. Selain itu, catatan sejarah tentang makam tersebut sangat langka dan sering kali ditulis ratusan tahun setelah peristiwa yang mereka gambarkan.
Kita tahu dari sejarawan seperti Plutarch bahwa, pada usia 32 tahun, Aleksander meninggal antara malam hari tanggal 10 Juni dan pagi hari tanggal 11 Juni 323 SM, di Babilonia (sekarang Irak). Penyebab kematiannya masih kontroversial, dengan beberapa orang mengatakan bahwa ia meninggal karena penyakit seperti tifus atau malaria atau karena meminum anggur beracun, dan yang lainnya berpendapat bahwa ia dibunuh.
Terlepas dari apa yang membunuh Aleksander, tubuhnya dimumikan. Ptolemeus I Soter, seorang jenderal Yunani Makedonia yang merupakan teman dekat dan pengawal Aleksander, berperan penting dalam memindahkan jasadnya. Ptolemeus memiliki sebuah agenda: Aleksander tidak meninggalkan pewaris politik yang jelas (meskipun istrinya Roxana sedang mengandung putranya dan dia mungkin memiliki pewaris yang tidak sah), dan membangun makam untuk Aleksander adalah cara untuk mengukuhkan posisi Ptolemeus sebagai penerus yang sah sebagai raja Makedonia.
Jasad Aleksander kemudian dikirim ke Lembah Para Raja di dekat Luxor, Mesir, di mana banyak firaun Kerajaan Baru dimakamkan, sementara kota Aleksandria yang baru saja didirikan dibangun. Beberapa dekade kemudian, catatan dari ahli geografi Yunani, Strabo, menyatakan bahwa Ptolemeus IV Philopator, firaun keempat Mesir Ptolemeus dan cicit Ptolemeus I, memindahkan jasad Aleksander ke tempat peristirahatannya yang terdokumentasi yaitu di Soma.
Makam itu masih ada di sana sekitar 300 tahun kemudian, ketika kaisar Romawi pertama, Augustus (berkuasa 27 SM hingga 14 M), mengunjungi Aleksandria. Apa yang terjadi pada makam tersebut selama jeda waktu yang cukup lama dalam catatan sejarah telah menjadi sumber spekulasi dan bahkan teori konspirasi sejak saat itu.
Dugaan lain, jenazah Alexander dimakan hiu. Ada spekulasi bahwa jenazah tersebut pasti disimpan di dalam sebuah makam besar yang merupakan bagian dari kompleks kerajaan yang berada di lokasi yang berbatasan dengan laut di Brucheum, sebuah kawasan khusus di Alexandria. Menurut peta sejarah, permukaan air laut telah naik beberapa meter sejak zaman Alexander, sehingga sebagian besar kota bersejarah itu, termasuk kawasan kerajaan, mungkin berada di bawah air.
Dalam beberapa tahun terakhir, para penyelam telah menjelajahi garis pantai kota dan menemukan potongan-potongan yang mungkin berasal dari struktur kuno. Diduga, jasad Alexander bisa saja sudah dimakan hiu.
Be First to Comment