Press "Enter" to skip to content
dok. lipi.go.id

Karangsambung, Laboratorium Alam Terbaik

Karangsambung berada 19 kilometer di utara Kebumen, Jawa Tengah. Lokasi ini adalah warisan geologi Asia Pasifik karena merupakan bagian dari subduksi atau pertemuan antara lempeng samudera Hindia-Australia dan lempeng benua Eurasian, yang terjadi pada periode akhir Cretaceous sampai awal Tertiary, sekitar 60-70 juta tahun lalu.

Dilansir dari LIPI Connect, berdasarkan peraturan dari Menteri Energi dan Sumber Daya Alam, Karangsambung ditetapkan sebagai Cagar Alam Geologi Nasional pada 2006.

Subduksi kedua lempeng itulah yang kemudian oleh peristiwa tektonik memunculkan berbagai deformasi bebatuan ke permukaan, di lokasi yang kini disebut Karangsambung. Bebatuan yang ada di Karangsambung memperlihatkan riwayat evolusi Bumi sejak 10 juta tahun lalu.

Di kawasan itu bisa ditemukan bebatuan macam peridotite, gabbro, basalt, dacite, andecite, dan diabase. Bisa juga ditemukan batu sedimentasi clastic dan bioclastik non-clastic yang terbentuk di dasar samudera dan perairan dangkal pada 80 juta sampai 30 juta tahun lalu.

Tak hanya bebatuan macam itu. Di Karangsambung juga ditemukan batu lempung sebagai hasil proses subduksi berulang-ulang, batu pasir, breksi vulkanis, konglomerat kuarsa, dan batu kapur nummulitc, bebatuan metamorfik yang terbentuk dari metamorfosis regional tingkat tinggi. Termasuk banyak tipe batu yang tidak akan kita temukan di tempat lain.

Karangsambung dijuluki juga Morphology Amphitheater alias teater outdoor oleh sebab adanya perbukitan berbentuk ladam kuda di tengah lembah, yang terjadi akibat proses geologis.

Karena kekayaan bebatuan itu, Karangsambung saat ini menjadi tempat pendidikan geosains. Tiap tahun banyak pelajar, dari tingkat Taman Kanak-Kanak sampai perguruan tinggi, yang mengeksplorasi kekayaan alam Karangsambung. Karenanya, Karangsambung juga disebut sebagai laboratorium alam terbaik di Asia Tenggara.

Penelitian Karangsambung
Sudah lama Karangsambung menarik minta peneliti. Seperti Verbeek pada 1891, yang menyelidiki bebatuan tua di sana. Pada 1933, ahli geologi Harloff memetakan Karangsambung sebagai salah satu formasi penting untuk ilmu geologi.

Ahli geologi dari Universitas Kebangsaan Malaysia, Hong Djian Tjia, pada 1966 meraih gelar doktor dengan mengulas analisis struktur batuan tersier Luk Ulo. Kemudian pada 1974, ahli geologi Sukendar Asikin meraih gelar doktor setelah intensif meneliti bebatuan Karangsambung.

Sukendar Asikin meneliti evolusi geologi Jawa Tengah dan sekitarnya ditinjau dari segi teori tektonik dunia. Namun temuan Sukendar Asikin menjadi sangat penting dan monumental, karena melahirkan Teori Tektonik Lempeng dari hasil risetnya di Karangsambung.

Pada dasarnya, teori ini menyebutkan bahwa bumi ini tersusun dari lempeng-lempeng benua dan samudera, bisa saling bergerak, menjauh dan mendekat, dihasilkan pertemuan lempeng atau subduksi.

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mission News Theme by Compete Themes.