Press "Enter" to skip to content
sampah laut (dok. pixabay)

Mengusir Sampah dari Laut dan Pesisir

Sampah yang mengotori laut maupun pantai sangat tidak enak dipandang dan tak sehat bagi habitat di pesisir dan sekitarnya. Sebagai contoh, sampah di pesisir barat Pulau Selayar di Sulawesi Selatan, yang mendapat dampak sampah laut padat setiap musim barat (Desember-Maret). Sampah laut tersebut berasal dari sampah yang mengapung dan terbawa arus air laut.

Tanpa adanya pengelolaan, sebagian dari sampah laut tersebut terbawa kembali ke laut pada saat musim timur dan mengakibatkan dampak pada pulau-pulau lain. Sampah laut yang terdeposit di pesisir barat menimbulkan dampak secara sosial, ekonomi dan ekologi.

Pulau Selayar menjadi kajian sejumlah pakar dari Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Institut Pertanian Bogor (IPB). Mereka menganalisis jenis dan bobot sampah laut pesisir barat Pulau Selayar, Sulawesi Selatan. Mereka adalah Roni Hermawan, Ario Damar dan Sigid Hariyadi.

Penelitian tersebut meliputi jenis, bobot, kepadatan dan sebaran sampah laut; dampak dalam ekonomi, sosial dan ekosistem lingkungan; serta menyusun strategi pengelolaan sampah laut yang tepat.

Berdasarkan perhitungan mereka, rata-rata kepadatan sampah organik menurut berat adalah 4.978,3 gram per meter persegi dan menurut jumlah potongan adalah 7,7 item per meter persegi. Sedangkan sampah anorganik kepadatannya adalah 14,3 item per meter persegi dan bobotnya 564,8 gram per meter persegi. Pertambahan sampah sebesar 354,6 gram per meter per hari dan jumlah potongan, 2,8 item per meter per hari.

Sampah-sampah itu bisa mengubah dan merusak habitat secara fisik. Beberapa sampah laut yang terdeposit di pantai ditempeli oleh beberapa jenis coral. Ini bukti bahwa sampah dapat mempengaruhi keanekaragaman biota.

Pada ekosistem mangrove, sampah telah menindih bibit mangrove, sehingga biji mangrove terhalangi dan gagal berkecambah. Sedangkan dampak sosialnya, estetika di daerah pesisir terganggu karena tak enak dipandang dan ini juga mengakibatkan berkurangnya wisatawan.

Di Pulau Selayar, pengelolaan sampah oleh masyarakat yang paling tinggi adalah penggunaan sampah sebagai bahan bakar sehari-hari. Hanya sebagian kecil, atau 8-28 persen, yang melakukan pemanfaatan sampah lebih lanjut agar nilai ekonomis dan fungsi sampah lebih tinggi.

Tim ini menyodorkan strategi pengelolaan sampah laut dengan pendekatan 3R+P (recycle, reuse, recovery energy dan participant). Potensi sampah laut jika diolah dengan baik dapat menguntungkan secara ekonomi.

Melalui model usaha daur ulang diketahui sampah plastik dapat menghasilkan keuntungan sebesar Rp16.379.472 per bulan dari produksi 48 ton sampah plastik. Daur ulang kayu menjadi briket arang Rp10.904.472 per 30 ton. Pengelolaan sampah laut dapat dilakukan dengan peningkatan kesadaran, pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam mengelola sampah.

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mission News Theme by Compete Themes.