Di Institut Teknologi Bandung (ITB) ada sekelompok mahasiswa yang serius melakukan berbagai penemuan di bidang pesawat tanpa awak (unmanned aerial vehicle) atau ada juga yang menyebutnya: drone. Mereka adalah Aksantara ITB.
Aksantara, menurut bahasa Sansekerta, berarti penjaga langit nusantara. Kelompok ini lahir di Keluarga Mahasiswa Penerbangan (KMPN) ITB pada 2013 lalu. Kini anggotanya 13 orang dan sudah dibuka untuk mahasiswa dari luar KMPN. Meski masih terhitung baru, mereka sudah meraih sejumlah penghargaan bergengsi di ajang Kontes Robot Terbang Indonesia, dari 2013, 2014, dan 2017.
Berikut drone canggih buatan anak-anak ITB ini, seperti dilansir dari ristekdikti.go.id:
1. Fixed Wing UAV
Bobotnya 5-6 kg dan memiliki bentang sayap sepanjang 2,4 meter. Pesawat ini bisa dimanfaatkan untuk mapping dan monitoring, sehingga ia bisa membawa dua kamera (dipasang di depan dan di perut). Untuk mengurangi hambatan terbang, tim Aksantara memasang antena pesawat di ujung sayap.
Pesawat ini mampu merekam gambar dari area konstruksi seluas 1,5 x 1,5 km2, yang nantinya akan dikolase sehingga menjadi satu peta utuh. Untuk memenuhi hal ini, pesawat harus bisa terbang cukup lama, 40-50 menit.
Beberapa fitur unggulan pesawat ini adalah:
– mampu mengangkut beban lebih berat
– clear surface, untuk meminimalisir hambatan terbang
– kamera bisa dikontrol dari ground
– pelacak antena
– peluncuran menggunakan cara bungee launch, seperti ditembakkan dengan katapel
2. Cepat Tepat Racing Plane
Misinya, mencapai jarak tertentu dalam waktu secepat mungkin. Untuk itu, ia memakai electric ducted fan (EDF), motor yang dilindungi selongsong untuk meningkatkan efisiensi thrust dinamik pada pesawat. Motor ini memakai baling-baling yang relatif pendek dan banyak, sehingga bisa mencapai kecepatan putaran yang lebih tinggi.
Pesawat ini dapat membawa beban sampai 200 gram dan speed 180 km/jam, didukung perbandingan thrust to weight yang tinggi supaya ia bisa terbang lebih gesit. Ia juga mampu melakukan manuver yang eksotik. Tapi ia hanya bisa terbang selama 2 menit saja, sebab konsumsi listriknya besar sekali.
Peluncurannya juga menggunakan metode bungee launch.
3. Pesawat Lipat
Pesawat ini masuk dalam kategori pengembangan teknologi. Panjangnya 1,5 meter dan lebar 1,2 meter, yang bisa dimasukkan ke dalam tabung berdiamater 6 inci atau sekitar 15 cm. Fitur-fiturnya:
– Peluncurannya memakai metode Tube Launch, yaitu diluncurkan dari sebuah tabung dengan memanfaatkan tekanan dari dalam tabung yang dikompresi hingga 7-8 bar.
– Sayap yang bisa dilipat. Dengan dilipat, ia lebih mudah dibawa.
– Coordinated Air Relay System, yaitu sistem yang bisa mengontrol lebih dari satu pesawat yang seluruhnya dapat saling berkoordinasi dan mentransfer data, saat melaksanakan misinya.
4. Vertical Take Off and Landing, Wahana Untuk Bencana
Pesawat berbobot 5 kg ini bisa dimanfaatkan untuk mengambil dan menjatuhkan survival kits saat terjadinya bencana alam, misalnya. Karena itu ia harus mampu membawa beban, mendeteksi tempat yang tepat untuk menjatuhkan bantuan, dan melepaskan bebannya dengan kecepatan yang tepat supaya tidak terjadi kecelakaan. Karena itu, ia mampu mengangkut beban sampai 2 kg, hampir setengah dari bobot pesawatnya sendiri.
Bentuknya seperti drone dengan enam rotor (hexarotor), untuk menstabilkan pesawat sehingga lebih mudah dan cepat dalam mengangkut dan menjatuhkan bawaan. Ia memiliki alat pembawa yang bersifat dual elektromagnetik.
Be First to Comment