Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) menjadi tuan rumah kompetisi 13th Indonesian Round of the International Humanitarian Law Moot Court Competition 2018, bekerja sama dengan Komite Internasional Palang Merah (ICRC). Kompetisi ini berlangsung pada 2-4 November 2018 di Bandung.
Kompetisi peradilan semu bidang hukum humaniter internasional ini akan menjadi ajang adu kemampuan para mahasiswa fakultas hukum dari berbagai universitas terbaik dari seluruh Indonesia. Kompetisi ini diikuti oleh 24 universitas dan dua universitas sebagai observer (pengamat).
Para peserta berasal dari Universitas Airlangga, Universitas Andalas, Universitas Brawijaya, Universitas Gadjah Mada, Universitas Indonesia, Universitas Islam Indonesia, Universitas Islam Riau, Universitas Katolik Atma Jaya, Universitas Katolik Parahyangan, Universitas Katolik Soegijapranata, Universitas Kristen Maranatha, Universitas Lampung, Universitas Negeri Surabaya, Universitas Padjadjaran, Universitas Pancasila, Universitas Pelita Harapan, Universitas Pendidikan Ganesha, Universitas Riau, Universitas Sebelas Maret, Universitas Syiah Kuala, Universitas Tanjungpura, Universitas Tarumanagara, Universitas Trisakti, dan Universitas Udayana. Sedangkan dua universitas yang menjadi observer adalah Universitas Diponegoro dan President University.
Dr. Tristam Pascal Moeliono, Dekan Fakultas Hukum Unpar menyambut baik ditunjuknya Unpar sebagai tuan rumah kompetisi tahunan prestisius ini. Dr. Moeliono juga memandang positif kegiatan kompetisi semacam ini tetapi menekankan bahwa kemenangan bukan segala-galanya.
“Kegiatan ini seyogyanya tidak dipandang semata-mata sebagai ajang kompetisi atau sekedar menunjukkan universitas mana yang terbaik. Ada yang lebih penting dari itu, yaitu menyebarkan pengetahuan tentang Hukum Humaniter Internasional (HHI) dan juga berbagi sekaligus membangun kesadaran tentang pentingnya HHI bagi Indonesia harus menjadi tujuan esensial,” papar Dr. Tristam.
Sementara itu, Alexandre Faite, Kepala Delegasi Regional ICRC untuk Indonesia dan Timor-Leste mengungkapkan bahwa kompetisi ini sangat penting untuk mendukung peran Indonesia yang kian signifikan di bidang Hukum Humaniter Internasional, yang hanya berlaku pada saat konflik bersenjata. Di sini, para mahasiswa dapat mengasah kemampuan mereka dalam melakukan riset, membuat tulisan, dan melakukan advokasi hukum tentang berbagai dampak kemanusiaan dari konflik bersenjata atau situasi-situasi kekerasan lainnya.
“Banyak peserta kompetisi ini yang mungkin memilih karier di luar HHI, tapi saya percaya pengetahuan dan pelatihan terkait HHI menjadi alat yang bermanfaat untuk mengasah logika hukum para peserta, yang suatu saat nanti mungkin dipanggil untuk menjadi pengambil keputusan dalam berbagai kapasitasnya. Ketika itu terjadi, mereka dapat membawa Indonesia atau bahkan dunia ke arah yang lebih sejahtera, bermartabat dan berperikemanusiaan,” kata Alexandre.
Selama kompetisi, pameran foto kemanusiaan juga digelar di lobi rektorat Universitas Katholik Parahyangan. Foto-foto yang dipamerkan adalah potret beragam aksi kemanusiaan ICRC di Indonesia dan di negara-negara yang mengalami konflik bersenjata dan situasi-situasi kekerasan lainnya.
Kontributor: Atep Maulana
Be First to Comment