Press "Enter" to skip to content

Mengintip Jejak Ledakan Nuklir Chernobyl 3 Dekade Lalu

Tahukah kalian kejadian bencana kebocoran radiasi nuklir di Chernobyl? Kecelakaan reaktor nuklir pada 26 April 1986 ini adalah yang terburuk dalam sejarah manusia dan menewaskan langsung 31 orang. Radiasinya menyebar ke mana-mana membuat sekitar 350 ribu orang mengungsi dalam beberapa tahap.

Chernobyl berada 130 km di utara kota Kiev, Ukraina, 20 km di selatan perbatasan dengan Belarusia. Ada empat reaktor yang dibangun di sana untuk membangkit tenaga listrik, dibangun pada tahun 1970-an dan 1980-an. Waduk seluas 22 km persegi dibangun dan pasokan airnya disuplai Sungai Pripyat River, untuk mendinginkan reaktor.

Tapi Chernobyl kemudian menjadi kawasan paling tercemar radioaktif di Bumi setelah ledakan. Sampai beberapa waktu lalu, belum pernah ada tim peneliti di dunia yang melakukan pemetaan mendetail di kawasan tersebut, sejak ledakan. Kini,berkat usaha satu tim peneliti dari Inggris, kita punya data yang makin lengkap.

Seperti dilansir Daily Mail, tim peneliti dari National Centre for Nuclear Robotics dan Universitas Bristol itu melakukan mapping menggunakan drone yang dilengkapi dengan detektor radiasi. Mereka berhasil membuat peta 3D di kawasan, khususnya lokasi yang jaraknya hanya 500 meter dari titik ledakan di reaktor nuklir no-4 yang meledak dulu.

Temuan mereka antara lain adanya hotspot radiasi yang sebelumnya belum terdeteksi. Di tempat ini material radioaktif dari ledakan berkumpul selama bertahun-tahun.

Setelah ledakan, Chernobyl ditinggalkan. Tetapi bertahun-tahun kemudian, kawasan ini, khususnya di daerah zona luar, mulai dikunjungi turis. Sebanyak 70 ribu turis sudah berkunjung ke zona luar yang membentang seluas 2.600 km persegi.

Pemerintah Ukraina, yang kini membawahi kawasan Chernobyl, memang membutuhkan data akurat mengenai peta radiasi di sana dalam rangka memperbarui protokol keselamatan yang dibutuhkan untuk kegiatan turisme dan proyek pembangunan pembangkit energi matahari di area tersebut.

Dalam ekspedisi selama dua pekan, pada April lalu, tim yang dipimpin oleh Profesor Tom Scott dari Universitas Bristol itu berhasil memetakan area seluas 15 km persegi. Mereka mulai dari kawasan yang berisiko rendah di desa Buriakivka, 13 km dari episentrum ledakan, lalu ke permukiman yang sudah hancur di Kopachi dan kemudian ke Red Forest, kawasan yang masih sangat tinggi tingkat radiasinya, meski ledakan itu sudah terjadi 33 tahun lalu.

Pertama mereka menggunakan drone fixed-wing untuk melakukan pemetaan cepat di kawasan yang lebih luas, terbang di ketinggian 45-60 meter dari permukaan tanah dan kecepatan sekitar 65 km/jam. Kemudian mereka memakai drone bersayap baling-baling untuk melakukan pemetaan yang lebih mendetail.

Habitasi dan Satwa di Chernobyl
Ditinggalkan manusia kemudian menjadi habitat hewan liar. Itulah yang terjadi di Chernobyl. Seperti ditulis Live Science, kawasan ini sekarang bak suaka margasatwa yang unik, berisi populasi serigala, rusa, lynx, berang-berang, elang, babi hutan, beruang dan hewan liar lainnya.

Hutan yang ada di sana berisi vegetasi yang padat. Di kawasan dengan radiasi tertinggi, pohon tumbuh dalam ukuran kerdil. Hewan yang hidup di area ini akan mengandung kadar cesium-137 yang tinggi di tubuhnya. Cesium-137 adalah radionuklida hasil fisi, mempunyai waktu paro cukup panjang yaitu 30,16 tahun. Daya rusak biologis Cs-137 relatif cukup tinggi, oleh karena itu ia biasa digunakan sebagai indikator cemaran radionuklida hasil fisi dalam lingkungan.

Walau ada kekayaan sumberdaya alam begitu, bukan berarti kawasan Chernobyl sudah aman dihuni manusia. Radiasi di sana bisa bertahan cukup panjang sehingga kawasan tersebut tidak akan aman dihuni manusia selama setidaknya selama 20.000 tahun.

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mission News Theme by Compete Themes.