Press "Enter" to skip to content

Cycloop, Raksasa Mata Satu yang Mulai Merana

Bagi siapa saja, penumpang pesawat tujuan Bandara Sentani, Jayapura, begitu mendarat langsung akan melihat jajaran pegunungan yang menjulang tinggi. Itulah pegunungan Cycloop. Panjang pegunungan ini sekitar 36 kilometer, membentang dari barat ke timur.

Pegunungan ini menjadi pembatas antara Danau Sentani dan Samudera Pasifik. Sebenarnya penduduk asli Jayapura sebagai pemilik hak ulayat ini dari zaman nenek moyang mereka, telah menamai pegunungan ini dengan nama Dafonsoro.

Namun, pada tahun 1768, LA Bougainville pelaut Eropa yang berlayar dan berlabuh di Teluk Yos Sudarso, Kota Jayapura, menamai pegunungan ini dengan nama Cycloop.

Begitulah kebiasaan penjelajah Eropa pada waktu itu, tidak pernah bertanya kepada penduduk asli setempat, langsung seenaknya saja memberi nama daerah baru yang dia kunjungi dengan sesuka hatinya.

Nama Cycloop sendiri berasal dari mitologi Yunani yang berarti raksasa bermata satu. Ia adalah putra dari Dewa Poseidon dan Dewi Thoosa.

Pegunungan Cycloop menjadi habitat fauna endemik Papua, di antaranya burung cenderawasih, kuskus, dan kanguru pohon. Pegunungan Cycloop merupakan sumber air bagi Danau Sentani, namun saat ini kondisinya sangat memprihatinkan.

Saat ini telah terjadi penebangan liar, penambangan galian C liar, pembukaan lahan untuk pemukiman dan pendulangan emas liar.

Jika hal ini terus menerus berlangsung, dan tidak segera dihentikan maka lama kelamaan, Danau Sentani akan mengering. Selain itu jika terjadi hujan lebat, dikhawatirkan akan terjadi tanah longsor di Jayapura.

Penulis: Hari Suroto (Arkeolog, tinggal di Jayapura)

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mission News Theme by Compete Themes.