Papua saat ini menjadi favorit bagi para peneliti dari luar negeri. Baik itu peneliti arkeologi, flora, fauna, geologi, medis, kelautan dan budaya.
Hal ini dilatarbelakangi oleh minimnya publikasi ilmiah baik artikel jurnal maupun buku hasil penelitian tentang Papua. Berbanding terbalik dengan Papua Nugini (PNG), sudah banyak publikasi hasil penelitian ilmiah di PNG, tapi sayangnya publikasi oleh peneliti PNG sangat minim, publikasi lebih banyak oleh peneliti dari Australia dan Selandia Baru.
Belajar dari PNG, data dan obyek penelitian di Provinsi Papua dan Papua Barat secara kuantitas sangat melimpah, penelitian dan publikasi sedikit. Untuk itu, peneliti Papua dan peneliti Indonesia lainnya harus berperan aktif di daerahnya sendiri, jangan sampai data dan obyek penelitian lebih banyak dilakukan oleh peneliti luar negeri.
Papua harus belajar dari masa lalu, sebagai contoh benda-benda budaya Papua banyak dikirim ke Eropa pada 1950-an, saat ini telah menjadi koleksi museum di Belanda dan Jerman. Untuk dapat melihatnya, pengunjung harus antre dan membayar mahal.
Untuk itu pemerintah pusat dan pemerintah daerah Papua harus bekerjasama, lebih banyak memprogramkan penelitian di wilayahnya.
Penulis: Hari Suroto (arkeolog, tinggal di Jayapura) Bisa dihubungi di Instagram: @surotohari
Be First to Comment