Kondisi geografis Papua yang begunung-gunung, hutan lebat dan penduduknya sebagian terpencar, serta sebagian daerah belum terjangkau oleh transportasi darat.
Untuk mendistribusikan barang ke pedalaman, transportasi udara menjadi pilihan utama.
Jenis pesawat yang digunakan berspesifikasi bandel, kapasitas kargo banyak dan bisa mendarat di lapangan terbang dengan karakteristik lapangan terbang yang tidak rata, landasan pendek, belum beraspal dan terpencil.
Pesawat maupun helikopter buatan Rusia menjadi pilihan utama operator kargo udara di Papua.
Jenis pesawat Rusia yang beroperasi di Papua adalah Antonov An-2GB, Antonov An-3 Turbine, Antonov An-12BP, dan Antonov An-62B.
Kemampuan pesawat Rusia hingga menjangkau daerah pedalaman tidak dimiliki oleh pesawat jenis lainnya. Pesawat-pesawat ini mampu mengangkut alat berat, bahan bangunan atau komponen jembatan atau material proyek Palapa Ring Timur II ke pedalaman.
Pesawat Rusia ini juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan pendistribusian 1800 kg beras rastra atau BBM satu harga ke pedalaman.
Pesawat Antonov An-12 BP didesain untuk mengangkut orang, barang, dan peralatan militer dengan jarak terbang 6000 km.
Pesawat Antonov An-12 BP memiliki panjang 33 meter dengan rentang sayap 38 meter. Tinggi pesawat ini 10,53 m. Pesawat ini bermesin turboprops dan empat baling-baling, mampu mengangkut 90 orang dan berkecepatan maksimum 777 km per jam.
Suara mesin pesawat Antonov sangat khas terdengar lebih bising daripada pesawat angkut lainnya.
Sebagian pesawat Rusia ini berijin khusus yaitu dengan tetap memakai registrasi pesawat asal Rusia lengkap dengan awak pesawat dan mekaniknya.
Home base pesawat Antonov yaitu Bandara Sentani, Bandara Wamena, Bandara Timika dan Bandara Nabire.
Sementara itu, jenis helikopter Rusia yang digunakan di Papua yaitu helikopter MI 171 CT 330, helikopter ini bermesin turboshaft mampu mengangkut 24 penumpang atau 4 ton kargo barang.
Helikopter Rusia lainnya yaitu MI-26, helikopter ini home base di Timika. Tergolong sebagai helikopter raksasa dengan kapasitas angkut hingga 20 ton.
Penulis: Hari Suroto (arkeolog, tinggal di Jayapura) Bisa dihubungi di Instagram: @surotohari
Be First to Comment