Penelitian Balai Arkeologi Papua di Danau Sentani bagian barat berhasil menemukan Situs Yope. Situs Yope terletak di Kampung Dondai, Distrik Waibu, Kabupaten Jayapura, Papua.
Oleh masyarakat setempat, kata “yope” berarti kampung di teluk. Yope merupakan sebuah teluk, bagian dari Danau Sentani.
Situs Yope dipercaya oleh masyarakat Dondai pernah dijadikan perkampungan oleh nenek moyang mereka. Penelitian arkeologi di Situs Yope berhasil menemukan gerabah prasejarah motif buaya dan bandul jala terbuat dari tanah liat yang dibakar.
Dalam mendapatkan artefak-artefak ini, tim peneliti Balai Arkeologi Papua melibatkan nelayan tradisional Dondai, sebab artefak berada di dalam air. Balai Arkeologi Papua sendiri memiliki keterbatasan peralatan menyelam. Adapun nelayan tradisional Dondai terbiasa molo yaitu menangkap ikan sambil menyelam, mereka mampu menyelam cukup lama dalam air.
Artefak-artefak yang ditemukan berupa pecahan maupun utuh. Berdasarkan hasil penelitian dan dikaitkan dengan konteks lingkungan sekitar, maka Yope pada masa lalu merupakan hunian prasejarah, dengan rumah-rumah panggung di atas permukaan air.
Yope dipilih oleh manusia prasejarah untuk dihuni dengan pertimbangan berada di Danau Sentani yang menjadi sumber air tawar, sumber bahan makanan berupa berbagai jenis ikan dan moluska, terdapat hutan sagu yang pohonnya menghasilkan tepung sagu, ulat sagu, daun dan pelepahnya dapat dijadikan bahan konstruksi rumah. Temuan bandul jala membuktikan bahwa manusia penghuni Yope pada waktu itu beraktivitas menjala ikan, berdasarkan studi etnoarkeologi pada budaya Sentani, sebelum dikenal jala modern, mereka membuat jala dari pintalan serat kulit pohon melinjo.
Lingkungan sekitar Yope juga dikenal sebagai daerah habitat buaya Nugini (Crocodylus Novaeguineae), sehingga gerabah motif buaya yang ditemukan dapat diasumsikan bahwa gerabah tersebut dibuat di Yope, hal ini merupakan data baru, selama ini Abar di Danau Sentani bagian tengah dikenal sebagai penghasil gerabah. Sehingga dulu di Yope, Sentani bagian barat penghasil gerabah, namun budaya ini telah punah.
Penulis: Hari Suroto (arkeolog, tinggal di Jayapura) Bisa dihubungi di Instagram: @surotohari
Be First to Comment