Press "Enter" to skip to content
Image by Signe Allerslev from Pixabay

KINI AKU TAHU Mengapa Kelelawar Bergantung Terbalik

Ketika tak terbang, kelelawar akan bergantung terbalik di dinding-dinding gua atau dahan pohon. Mengapa hewan ini punya perilaku semacam itu?

Dilansir dari Livescience, perilaku ini kemungkinan berhubungan dengan perjalanan evolusi kelelawar sampai hewan ini punya kemampuan untuk terbang.

Tara Hohoff, seorang ahli biologi kelelawar dan koordinator Program Konservasi Kelelawar Illinois, mengatakan, kelelawar berevolusi dari mamalia yang hidup di darat menjadi hewan yang bisa terbang setelah sebelummnya mereka mulai meluncur seperti tupai terbang.

Nenek moyang kelelawar modern mungkin memanjat pohon-pohon tinggi dan meluncur di antara batang-batang pohon.

Alexander Lewis, seorang peneliti kelelawar di California State Polytechnic University, Humboldt, mengatakan kelelawar kemungkinan besar mengembangkan tungkai yang kuat untuk memanjat. Lengan yang kuat kemudian berevolusi menjadi sayap.

Namun, karena kelelawar tidak memiliki tulang berongga seperti burung, mereka tidak memiliki banyak kapasitas untuk terangkat saat terbang. “Oleh karena itu, kelelawar pada umumnya masih bergelantungan terbalik untuk terbang,” kata Hohoff.

Kebanyakan orang akan merasa kesulitan untuk bergelantungan di langkan atau permukaan lainnya, baik secara terbalik maupun terbalik. Namun, kelelawar dapat bergelantungan terbalik dengan lebih mudah daripada manusia karena otot, tendon, dan cakar kelelawar telah berevolusi.

Ketika kelelawar menemukan tempat untuk bertengger, ia mengencangkan otot-otot yang melekat pada cakarnya, yang kemudian membukanya. Daniel Pavuk, ahli zoologi dan ketua bidang biologi di Bowling Green State University di Ohio, Amerika Serikat, mengatakan, saat cakar menyentuh permukaan tempat bertengger, kelelawar merilekskan tubuhnya. Hal ini memungkinkan berat tubuhnya menarik tendon yang terhubung ke cakar. Hasilnya, cakar kelelawar dapat mencengkeram permukaan tempat bertengger.

Sendi-sendi cakar mengunci, dan berat tubuh kelelawar membuat cakar tetap tertutup. Dengan kata lain, kelelawar hanya mengeluarkan sedikit energi untuk bergelantungan terbalik; tubuh mereka rileks, dan gravitasi yang bekerja untuk mereka.

Tidak seperti manusia, kelelawar dapat bergelantungan terbalik dalam waktu yang lama. Kalau pada manusia, posisi terbalik akan menyebabkan darah menggenang di kepala, yang mengakibatkan masalah kesehatan dari waktu ke waktu. Sementara ukuran kelelawar yang ringkas membuat jantungnya dengan mudah memompa darah ke seluruh tubuhnya.

Setelah bergelantungan terbalik menjadi metode istirahat yang disukai kelelawar, gaya hidup baru ini mendukung evolusi beberapa sifat lainnya. Misalnya, kerangka kelelawar berevolusi menjadi ringan untuk terbang. Karena itu, tulang kaki mereka tidak mampu menopang berat badan mereka dalam waktu yang lama. Dengan bergelantungan terbalik, kelelawar tidak perlu menumpu berat badannya pada kaki mereka yang lemah.

Bertengger terbalik juga melindungi kelelawar dari beberapa pemangsa potensial. Bergantung di lokasi yang sulit dijangkau, seperti langit-langit gua, dapat membantu mereka menghindari musuh-musuh mereka, seperti burung hantu, elang, dan ular.

Kelelawar yang berada di tanah masih bisa lepas landas dari posisi berdiri. Tapi ini lebih sulit daripada memulai penerbangan dari posisi menggantung.

Namun, beberapa kelelawar tidak hanya tidur dengan posisi terbalik. Sebagai contoh, kelelawar bersayap cakram (disk-winged) di Amerika Tengah dan Selatan memiliki ‘cangkir’ pengisap khusus di ibu jari mereka yang digunakan untuk menempel di bagian bawah daun, dan melakukannya pada berbagai sudut.

Penelitian tambahan mengenai evolusi penerbangan kelelawar dan cara sebagian besar kelelawar bergelantungan terbalik akan sangat menarik, karena hewan ini adalah satu-satunya mamalia yang bisa terbang. Ada beberapa spesies yang tampaknya lebih mudah lepas landas dari tanah, jadi mempelajari apa yang secara morfologis berbeda akan sangat membantu untuk memahami.

 

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mission News Theme by Compete Themes.