Amelia Earhart adalah seorang perempuan istimewa. Bersamaan dengan peringatan Hari Perempuan Internasional ini, rasanya layak benar untuk mengingat sumbangsih Amelia Earhart bagi perjuangan kaum perempuan, khususnya di dunia penerbangan.
Salah satu kutipan penting dari sosok penerbang yang lahir pada 24 Juli 1897 itu adalah: “Perempuan harus mencoba melakukan segala sesuatu yang sudah dicoba pria. Saat mereka gagal, maka kegagalan itu harus menjadi tantangan bagi yang lain.”
Sejak kecil, Earhart adalah sosok yang tomboy. Permainannya seperti anak-anak cowok dan dia tak takut melakukan permainan yang ‘gila’. Suatu contoh, pada 1904, dia dan pamannya membangun semacam jalur kereta luncur yang dilihatnya di St. Louis, ke arah atap gudang. Peluncurannya berakhir dramatis. Kotak kayu yang digunakannya hancur, bibir dan gaunnya robek, tapi Earhart malah kegirangan. “Oh Pidge, ini sama seperti terbang,” dia berseru.
Penerbangan pertamanya terjadi pada 28 Desember 1920 di Long Beach saat Frank Hawks, seorang pembalap udara, memberinya tumpangan dan itu mengubah hidup Amelia Earhart untuk selamanya. Dia tahu, dia harus terbang. Dia pun belajar menerbangkan pesawat dengan biaya dari ayah, ibu, dan yang ditabungnya sendiri dengan bekerja sebagai fotografer, supir truk, dan stenografer di perusahaan telepon lokal. Instrukturnya adalah Anita “Neta” Snook, pelopor penerbang wanita yang melatihnya dengan pesawat Curtiss JN-4 “Canuck”.
Pada 20 Mei 1932, beberapa tahun setelah penerbangan melintasi Atlantik yang dilakukannya bersama pilot lain, Amelia Earhart mencoba melakukan terbang solo pertamanya melintasi Atlantik. Dengan pesawat Lockheed Vega 5B bermesin tunggal, dia terbang dari Harbour Grace di Newfoundland. Setelah menempuh penerbangan selama 14 jam dan 56 menit, berhadapan dengan angin yang kuat, udara yang dingin, dan masalah mesin, Earhart akhirnya mendarat di Culmore di Irlandia Utara. Atas usahanya, Kongres AS memberinya medali Distinguished Flying Cross. Pemerintah Prancis memberinya Cross of Knight dari Legion of Honor dan Presiden Herbert Hoover memberinya Medali Emas dari National Geographic Society.
Sampai kemudian tibalah saatnya dia melakukan terbang keliling dunia yang sudah direncanakan sejak awal 1936. Itu akan menjadi perjalanan terjauh, menempuh 47.000 km, dengan mengikuti rute ekuatorial. Pesawat Lockheed Electra 10E dipersiapkan untuknya. Pesawat ini sudah dimodifikasi sedemikian rupa, tubuhnya dirancang supaya bisa mengangkut bahan bakar yang banyak. Hampir semua jendela pesawat bermesin ganda ini ditutup rapat.
Lockheed Electra 10E adalah pesawat yang sudah dibangun oleh Lockheed sejak 1930-an, untuk menyaingi Boeing 247 dan Douglas DC-2. Mesinnya mengandalkan Pratt&Whitney R-1340 Wasp S3H1, dengan power 600 hp pada tiap mesin.
Upaya pertama untuk terbang keliling dunia ini dilakukan pada 17 Maret 1937. Tapi ada banyak masalah pada penerbangan itu. Baik masalah ground-loop, mesin, roda, sampai sistem pilotnya. Upaya kedua dilakukan pada 1 Juni. Di pesawat itu hanya Eathart dan Fred Noonan. Setelah melakukan pendaratan di Amerika Selatan, Afrika, dan subkontinen India dan Asia Tenggara, mereka tiba di Lae, Papua Nugini, pada 29 Juni 1937. Mereka sudah menempuh 35.000 km dan tersisa 11.000 km melintasi Pasifik.
Pada 2 Juli 1937 setelah tengah malam, penerbangan dilanjutkan dari Lae menuju Pulau Howland. Pesawat itu memuat bahan bakar sebanyak 1.100 galon. Sekitar pukul 15.00, Earhart melaporkan posisinya di ketinggian 10.000 kaki, tapi diturunkan karena masalah awan tebal. Sekitar pukul 17.00, Earhart melaporkan posisinya di ketinggian 7.000 kaki dan kecepatan 150 knots. Posisi terakhirnya dilaporkan di dekat Pulau Nukumanu. Setelah itu, Earhart dan pesawatnya hilang.
Sampai kemudian misteri hilangnya mereka diduga mulai terpecahkan, 81 tahun kemudian. Baru-baru ini, ahli antropologi forensik dari Universitas Tennessee, Richard Jantz, meyakini 99 persen bahwa tulang belulang yang ditemukan di sebuah pulau terpencil di Pasifik selatan adalah milik Amelia Earhart.
Be First to Comment