Seorang guru bernama Aries Eka Prasetya dari SMA Negeri 22 Surabaya punya cara mengajar yang unik dan menarik. Dia memadukan antara sinematografi, teknologi informasi, dan komik dalam kegiatan belajar-mengajar mata pelajaran Sejarah di kelasnya.
Dilansir dari keterangan yang diterima Portal Sains dari Quipper Indonesia, disebutkan bahwa Pak Guru Aries punya tiga macam metode belajar-mengajar yang unik, yaitu Barcode Narsis, Komik Sejarah, dan Ulangan Harian Ular-ularan.
Barcode narsis memanfaatkan QR code dan gerak siswa dalam berkreasi. Siswa diberikan clue untuk untuk mencari barcode di area sekolah, kemudian dengan barcode tersebut siswa dapat mengakses soal ujian Sejarah yang diberikan. Kemudian Komik Sejarah didesain untuk meningkatkan budaya literasi dengan mendekatkan materi sejarah melalui pembuatan komik. Adapun Ulangan Harian ular-ularan dilakukan dengan meletakkan soal di meja dan siswa mengerjakan urut sesuai rute mengular. Ini untuk mengajarkan tentang kejujuran, kedisiplinan dan move on.
Dari ketiga cara tersebut, Barcode Narsis menjadi metode yang paling diminati oleh para pelajar di SMA Negeri 22 Surabaya. Karena penggunaannya melibatkan aktivitas gerak di luar ruang yang membuat ujian jadi lebih menyenangkan. “Mau tidak mau zaman terus berlalu maka inovasi diperlukan sebagai usaha mendekatkan materi dan pembelajaran agar tidak terjadi jenjang batas yang terlalu lebar. Inovasi IT diperlukan agar pembelajaran lebih menarik, kreatif, tentunya praktis dan ekonomis,” kata Pak Guru Aries.
Inovasi pembelajaran digital yang telah diterapkannya selama ini sebagian besar terinspirasi dari program pelatihan guru yang diselenggarakan oleh Quipper. Kemudian implementasi dan berbagai model pembelajaran yang diterapkannya membawa pria lulusan Pendidikan Sejarah-Universitas Negeri Surabaya ajang Indonesia Digital Learning di Australia pada tahun 2016 lalu. Melalui kedua pengalaman tersebut Ia semakin yakin bahwa dengan adanya teknologi yang ada saat ini dapat mempermudah pembelajaran antara guru dan siswa. Apalagi dengan maraknya layanan sistem manajemen belajar dan e-learning yang ada saat ini.
Sementara itu, dalam acara Beasiswa Untuk Negeri yang diselenggarakan oleh Quipper dan Bahaso Wien Muldian, Pelaksana Harian Gerakan Literasi Nasional dan Wakil Ketua Satgas Gerakan Literasi Sekolah Kemendikbud mengatakan, “pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sangat mendukung berbagai platform berbasis teknologi yang ikut mewujudkan tujuan dari pendidikan. Penguasaan pada pengetahuan, peningkatan kompetensi keterampilan dan penumbuhan karakter positif, sebagai tujuan pendidikan, dapat dioptimalkan dengan dukungan teknologi.”
Semangat dan peran aktif yang sama baik dari pemerintah, guru, pihak swasta dan seluruh elemen pendidikan diharapkan dapat mewujudkan pendidikan indonesia kembali pada cita-cita awalnya dengan prinsip yang telah diajarkan oleh Ki Hajar Dewantara : Ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun Karsa, tut wuri handayani.
Be First to Comment