Seperti di film action. Robot kecoa beraksi tanpa terdeteksi, melakukan penyadapan dan pengintaian. Itu bukan mainan, apalagi robot . Robot kecoa adalah robot canggih yang dikembangkan oleh tim dari program Instrumentasi dan Kontrol ITB, di acara ITB-CEO Net Techonopreneurship Festival 2018 di Aula Barat ITB, pekan lalu.
Dilansir dari Ristekdikti.go.id, Muhammad Hablul Barri, mahasiswa S2 Instrumentasi dan Kontrol ITB, menjelaskan, bahwa pengembangan robot tersebut didasarkan pada belum adanya teknologi robot berbentuk serangga yang dipasarkan kecuali hanya untuk kapasitas mainan. Sementara itu kebutuhan atas teknologi pemantaun senyap sudah sangat nyata dibutuhkan.
Teknologi luar negeri dalam hal ini tidak dapat digunakan sebab menyangkut kerahasiaan informasi dan untuk menjaga integritas lembaga dan kekuatan intelijen suatu negara. “Dengan mengembangkan teknologi robot serangga yang membawa sistem pemantauan, maka peralatan intelijen nasional dapat mandiri dan mempunyai dampak yang besar pada intelijen,” katanya.
Ketua tim penelitian robot tersebut adalah Augie Widyotriatmo, S.T., M.T, Ph.D., dari KK Instrumentasi dan Kontrol, Fakultas Teknologi Industri. Dia dibantu mahasiswa S1 dan S2 ITB. Pengembangannya dilakukan di Laboratorium Instrumentasi dan Metrologi Fakultas Teknologi Industri.
Dia memaparkan, secara fungsi robot ini sudah diujicobakan. Tetapi terkait penempatan ke dalam cover atau cangkang berbentuk kecoa masih dalam tahap pengembangan. “Jadi kita belum bisa cover dengan body yang ini, jadi paling mungkin bulan depan kita coba rencanakan casingnya atau cover-nya itu bagaimana. Pokoknya targetnya akhir tahun kita selesai. Jadi masih dalam pengembangan,” ujarnya.
Di dalam robot kecoa tersebut mempunyai alat nano controller, single bot computer (computer mini). Robot ini bisa mengakses WiFi, Bluetooth dan dilengkapi dengan input-output. Pengembangan lain yaitu pada motor, sensor, kamera 5 megapiksel yang bisa autofocus, dan mikrofon untuk penyadapan suara.
“Kita lengkapi dua motor sebagai penggerak, dan komunikasi antara robot satu dan robot lainnya menggunakan WiFi yang sudah terkoneksi,” katanya.
Dalam pengembangan selanjutnya, robot tersebut akan diperkecil karena ukuran saat ini terlalu besar untuk dijadikan alat pengintai. Akan tetapi keterbatasannya adalah alat-alat tersebut harus dibuat sekecil mungkin dengan fungsi yang kompleks. “Inginnya kalo jadi, kita pakai aplikasi face tracking yang kita kasih data input wajah yang ingin diikuti, lalu dikunci, lalu diikuti oleh robot kecoa ini, dalam pengintaiannya sebenarnya kecoa ini mencari lokasi di pojok sehingga tidak terlihat di tengah-tengah keramaian,” katanya.
Robot kecoa untuk operasi intelijen senyap diharapkan mampu mengumpulkan data-data serta informasi yang dibutuhkan dengan lebih mudah dan tepat. KK Instrumentasi dan Kontrol akan bekerjasama dengan KK Fisiologi Perkembangan Hewan dan Sains Biomedia turut andil dalam melaksanakan kegiatan ini. “Harapannya alat ini dapat digunakan badan semacam intelijen, dan sebagainya untuk membantu pengamanan negara. Memungkinkan atau tidak? Ya memungkinkan, kami sudah mulai melakukan penjajagan terkait ide-ide tersebut,” ujarnya.
Be First to Comment