Press "Enter" to skip to content
Gerabah Lapita. Dok. commons.wikimedia.org/Torbenbrinker

Mengenal Lapita, Kebudayaan Kuno yang Berkembang di Pasifik

Sekitar 3500 tahun yang lalu, di Pasifik berkembang sebuah budaya yang disebut Lapita. Kebudayaan Lapita, kalau menurut ensiklopedia Britannica, adalah sebuah kebudayaan yang berkembang di sebuah komplek yang diduga sebagai bekas permukiman manusia Melanesia, Polinesia, dan Mikronesia.

Kebudayaan ini diberi nama Lapita menurut gerabah yang berasal dari sebuah tempat di Pulau Manus, Kaledonia Baru, tepatnya di sebelah utara Papua Nugini. Kebudayaan Lapita memang terkenal sebagai tempat penghasil gerabah yang sangat indah. Gerabah indah ini berwarna kemerah-merahan dengan pola hias gambar gigi-gigi kecil yang beberapa di antaranya diwarnai putih menggunakan kapur.

Gerabah Lapita menjadi komoditas perdagangan jarak jauh waktu itu, ditemukan di situs-situs arkeologi mulai dari Kepulauan Bismarck, Fiji, sampai Polinesia.

Perdagangan gerabah ini termasuk salah satu jaringan dagang yang paling mula-mula sekaligus paling luas jangkauannya pada masa prasejarah. Orang Lapita mampu mengadakan perjalanan laut yang sangat jauh sampai bisa mencapai pulau-pulau di Pasifik. Dari berbagai sumber diketahui bahwa orang Lapita berasal dari Taiwan dan kawasan lain di Asia Timur.

Mereka adalah kaum penjelajah lautan dan berusaha menemukan koloni-koloni baru. Mereka tiba dan mendirikan permukiman di Kepulauan Bismarck (di timur laut Nugini) pada 2000 SM. Pada awal 1600 SM mereka menyebar ke Pulau Solomon, lalu mencapai Fiji, Tonga, dan sebagian Polinesia pada 1000 SM. Lalu, mereka tiba di Mikronesia pada 500 SM.

Perjalanan laut jarak jauh ini berhasil orang Lapita lakukan karena mereka menguasai teknik navigasi jarak jauh, teknologi pembuatan perahu layar bercadik, sistem organisasi yang terstruktur dan tentu saja semangat petualangan yang pantang menyerah. Mereka sanggup bertahan hidup di pulau-pulau yang sekarang dikenal sebagai Vanuatu, Kaledonia Baru, Fiji dan pulau-pulau di sekitarnya, karena mereka menguasai keahlian bercocok tanam yang efisien.

Semakin jauh suatu tempat dari daratan, semakin sedikit pula sumber makanan yang bisa ditemukan di situ. Tanaman yang mereka budidayakan yaitu kelapa, sukun, pisang, pinang dan keladi. Jaringan dagang Lapita mengalami kemunduran sekitar 2500 tahun yang lalu.

Penulis: Hari Suroto

Arkeolog, tinggal di Jayapura

Bisa dihubungi di Instagram: @surotohari

One Comment

  1. Andri Yanto Maret 18, 2020

    Salam Pak Hari
    Terima kasih atas ilmu yang baoak sampaikan dalam tulisan ini. Saya pelajar yang tertarik dengan Arkeologi, saya menyalin informasi dari tulisan bapak. Terima kasih

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mission News Theme by Compete Themes.