Seni dan arkeologi sesungguhnya tak bisa dipisahkan. Karena itulah Program Studi Desain Mode, Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Bali, baru-baru ini menjalin kerjasama dengan Balai Arkeologi Papua.
Penanda tanganan dilakukan oleh Kaprodi Desain Mode, Dr. Cok. Ratna Cora Sudharsana, dengan Kabalar Papua, Drs. I Gusti Made Sudarmika, disaksikan oleh Prof. Dr. I Wayan Rai S., MA, bertempat di Gedung Latta Mahosadhi ISI Denpasar.
Setelah itu, dilanjutkan dengan Education Sharing dengan topik membedah seni virtual Aku Papua: Dari Bali Untuk Indonesia. Seni virtual yang menampilkan situs megalitik Tutari dan keindahan alam serta pembangunan Papua masa kini. Seni virtual itu mendapat apresiasi yang luar biasa dari audience yang terdiri atas dosen, mahasiswa, dan undangan lainnya.
Dalam diskusi yang sangat hangat, peserta mengagumi Situs Megalitik Tutari dan keindahan alam Papua. Mereka langsung mengakses tentang Tutari dari YouTube sehingga mendapat pemahaman lebih luas.
Mereka mengatakan seni virtual yang menggabungkan arkeologi dan seni merupakan terobosan baru dan untuk pertama kalinya ditampilkan pada Pesta Kesenian Bali yang telah berlangsung selama 43 tahun. Banyak di antara peserta ingin ke Papua agar dapat melihat situs ini secara langsung. Sebagai pembicara dalam diskusi ini adalah Kepala Balai Arkeologi Papua dan guru besar ISI Denpasar Prof. Dr. I Wayan Rai S.
Penulis: Hari Suroto (Arkeolog, tinggal di Jayapura) Bisa dihubungi di Instagram @surotohari
Be First to Comment