Press "Enter" to skip to content
Nepenthes alias kantong semar. (dok Sonja Kalee/Pixabay)

Mengenal Kantong Semar, Tumbuhan Si Pemakan Serangga

Tahukah kamu kantong semar atau yang nama ilmiahnya nepenthes (Nepenthaceae)? Tanaman unik ini merupakan salah satu tumbuhan unik dengan kantong semar di ujung daunnya yang berguna untuk menyerap kebutuhan nutrisi.

Dari penelitian Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya, Balai Konsevasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas LIPI, diketahui bahwa kantong semar pertama kali diperkenalkan oleh J.P. Breyn pada tahun 1689.

Sebutan untuk tanaman dikotil ini berbeda-beda antara daerah satu dengan yang lainnya. Yang jelas, populasi nepenthes tersebar di Cina selatan, Asia Tenggara dan Australia utara.

Baca juga: Mengembangkan Kebun Raya yang Lebih Greget di Danau Toba

Ada 82 spesies nepenthes di seluruh dunia. Sebanyak 64 spesies hidup di Indonesia dan terbanyak ada di Pulau Kalimantan dengan 32 spesies, dan di Pulau dengan 29 spesies. Spesies lain ditemukan di Sulawesi, Papua, Maluku dan Jawa.

Di Indonesia sendiri, tanaman ini banyak dijadikan sebagai tanaman hias dan keindahannya membuat tanaman ini sangat diminati. Dampaknya, pengambilan liar tanaman ini membuat habitatnya rusak dan populasinya terancam.

Kantong semar di ujung daunnya adalah keunikan utama tumbuhan ini. Kantong tersebut menjadi perangkap bagi mangsa berupa binatang-binatang kecil dan serangga yang menjadi sumber nutrisi bagi tumbuhan ini. Tumbuhan ini membutuhkan protein karena habitatnya biasanya gersang dan miskin nutrisi.

Baca: Mengenal Pohon Tertua di Kebun Raya Cibodas

Di dalam kantong itu terdapat cairan yang mengandung beberapa macam enzim, antara lain protease dan nepenthesin yang berfungsi mencerna serangga.

Menurut penelitian Fakultas MIPA UI dan Kebun Raya Purwodadi LIPI, napenthes mampu hidup di dataran rendah dan dataran tinggi. Perbedaan habitat dapat mempengaruhi struktur anatominya, seperti pada daun. Terdapat beberapa perbedaan anatomi daun antara nepenthes dataran rendah dan dataran tinggi. Di dataran tinggi nepenthes menunjukkan hipodermis lebih tebal dan lebih besar dari nepenthes dataran rendah.

Lapisan kutikula nepenthes di dataran tinggi lebih tebal dari nepenthes dataran rendah. Kelenjar nektar nepenthes di dataran tinggi lebih tebal dan lebih besar dari nepenthes dataran rendah. Selain itu, nepenthes dataran tinggi memiliki kerapatan stomata yang lebih besar dan lebih sedikit daripada nepenthes dataran rendah.

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mission News Theme by Compete Themes.