Situs megalitik Tutari terletak di Kampung Doyo Lama, Distrik Waibu, Kabupaten Jayapura. Situs ini mudah dijangkau, terletak di tepi jalan raya atau 15 menit arah barat Bandara Sentani atau 10 menit dari kompleks kantor Bupati Jayapura.
Situs megalitik Tutari telah ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan nomor Regnas CB 499, nomor SK penetapan PM/PW.007/MKP/2007 tanggal 26 Maret 2007.
Baca juga: Gegara COVID-19, Bahkan Situs Arkeologi Pun Perlu Disemprot Disinfektan
Tinggalan arkeologi di situs megalitik Tutari berupa 83 bongkahan batu gabro yang permukaannya berwarna hitam, pada permukaan batu ini terdapat gambar-gambar yang dibuat pada masa prasejarah dengan cara digores. Motif lukisan tersebut berupa bentuk manusia, hewan, geometris, flora dan benda budaya.
Batu-batu bergambar ini, terletak di kawasan yang luas 60.000 meter persegi, sepanjang lereng Bukit Tutari, yang mengarah dari tepi Danau Sentani ke puncak Bukit Tutari dengan ketinggian 300 m dpl.
Tutari dalam bahasa Sentani, terdiri dari dua kata, yaitu tu dan tari. Tu berarti matahari, tari artinya lingkaran. Secara harfiah berarti matahari yang berada di tengah-tengah lingkaran. Matahari ini dapat digambarkan sebagai wadah tanah liat yang ditopang oleh anyaman rotan yang berbentuk lingkaran. Seperti diketahui bahwa gerabah tradisional
Sentani bagian dasar tidak rata atau cekung, sehingga dibutuhkan lingkaran rotan sebagai penyangga agar tidak goyang.
Baca juga: Arkeolog Lanjutkan Penelitian Hunian Prasejarah di Danau Sentani
Hal ini, sebenarnya menggambarkan sistem kepemimpinan tradisional Sentani, tu adalah seorang pemimpin yang ditopang oleh tari atau masyarakat. Sehingga seorang pemimpin yang tidak didukung oleh masyarakat, maka pemerintahannya akan gaduh dan tidak stabil.
Pemimpin tertinggi dalam budaya Sentani disebut ondoafi, sebagai kepala adat dan bukan kepala suku. Ondoafi ini membawahi atau memiliki lima kose atau kepala suku. Status ondoafi lebih tinggi dibandingkan kose. Kose membawahi akona atau lima kepala keret atau klen-klen kecil.
Ondoafi dalam budaya Sentani dianggap sebagai matahari.
Tutari merupakan kapsul waktu dari masa prasejarah ke masa kini, yang berisi pesan tentang kepemimpinan. Seorang pemimpin harus memiliki sifat yang baik karena sudah diberikan kepercayaan dari rakyat untuk memimpin mereka semua. Seorang pemimpin diharapkan mampu menampung aspirasi dan menjadikan sesuatu yang dipimpinnya lebih baik lagi.
Tutari pada masa prasejarah berfungsi sebagai situs religi, sebagai media pemujaan roh nenek moyang, namun berdasarkan keletakan dan persebaran bongkahan batu bergambar yang mengarah ke matahari terbit dan tenggelam, maka pada masa lalu, diperkirakan situs ini juga sebagai media untuk memuja matahari.
Penulis: Hari Suroto, peneliti arkeologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), tinggal di Jayapura, Papua. Bisa dihubungi di Instagram @surotohari
Be First to Comment