Press "Enter" to skip to content
Ilustrasi Stanleycaris hirpex (Ilustrasi oleh Sabrina Cappelli/© Royal Ontario Museum/screenshot dari Live Science)

Temuan Fosil Predator Laut yang Aneh bin Langka

Jangan bayangkan predator yang besar bergigi setajam silet seperti megalodon. Predator laut yang satu ini justru bertubuh kecil, tapi dengan tampilan yang aneh. Dari mulutnya ada cakar berduri. Tubuhnya berbentuk seperti sikat toilet. Dan yang paling aneh, matanya ada tiga.

Predator ini diberi nama ilmiah Stanleycaris hirpex dan diperkirakan hidup pada zaman Cambrian atau sekitar 506 juta tahun yang lalu.

Penelitian dari Royal Ontario Museum (ROM) di Toronto, Kanada, menyatakan temuan fosil itu sangat menakjubkan, sebab mereka ditemukan dalam kondisi lumayan lengkap, dengan otak, sistem syaraf, dan tiga mata yang terawetkan dengan baik.

Baca juga: Bumerang, Lebih dari Sekadar Alat Berburu

‘Harta karun’ paleontologi ini ditemukan di Burgess Shale, sebuah formasi di Canadian Rockies British Columbia yang dikenal dengan sisa-sisa fosil hewan yang melimpah dan terpelihara dengan baik. Dan di antara fosil berusia setengah miliar tahun ada banyak spesimen laut S. hirpex si predator.

“Apa yang membuat penemuan ini begitu luar biasa adalah bahwa kami memiliki lusinan spesimen yang menunjukkan sisa-sisa otak dan elemen lain dari sistem saraf, dan mereka terawetkan dengan sangat baik dan menunjukkan detail yang sangat bagus,” kata Joseph Moysiuk, penulis utama studi yang diterbitkan di jurnal Current Biology edisi 8 Juli, seperti dilansir Live Science.

Sebelum ini, dari zaman Cambrian biasanya hanya menemukan fosil otak. Sehingga temuan lengkap fosil si predator membuatnya jadi temuan yang langka sekaligus menarik.

Meskipun kecil, berukuran kurang dari 20cm panjangnya, S. hirpex kemungkinan pemandangan yang menggetarkan bagi mangsanya. Sebab hewan ini memiliki alat cakar berduri dan mulut bundar yang membuatnya terlihat sangat ganas.

Baca juga: Kalajengking Purba Ini Besar dan Mematikan

S. hirpex juga memiliki duri panjang seperti penggaruk untuk menyisir dasar laut saat berburu organisme yang terkubur. Dia memiliki sayap samping yang membantunya meluncur di air. Ia juga memiliki duri berbentuk trisula yang menonjol, yang mungkin digunakan sebagai rahang untuk menghancurkan mangsanya.

Dari fosil-fosil yang ditemukan diketahui bahwa otak S. hirpex terbagi menjadi dua segmen: protocerebrum, yang terhubung dengan matanya, dan deutocerebrum, yang terhubung dengan cakar frontal.

Struktur otak ini berbeda dari struktur tiga lobus pada arthropoda modern yang merupakan kerabat jauh S. hirpex, seperti serangga. Otak serangga terdiri dari protocerebrum, deutocerebrum, dan tritocerebrum, yang menghubungkan otak ke labrum atau bibir atas, di antara bagian tubuh lainnya.

Stanleycaris sendiri termasuk ke dalam pohon evolusi Radiodonta, cabang pohon evolusi arthropoda yang sudah punah. Pemahaman yang baik mengenai kelompok ini penting untuk mempelajari evolusi arthropoda modern.

Aspek lain yang menarik dari S. hirpex adalah tiga matanya, terutama mata ketiga di tengah yang ukurannya besar. Ini adalah ciri yang pertama kalinya diamati pada radioodont. Para peneliti belum yakin apa guna mata ketiga ini pada arthropoda kuno. “Mungkin membantunya melacak mangsa,” kata Moysiuk.

Meskipun beberapa arthropoda modern, seperti capung dan tawon, juga memiliki mata tengah, mereka biasanya lebih sensitif daripada dua mata lainnya, namun tidak fokus juga. “Kami hanya bisa berspekulasi, tapi kami pikir mata ketiga ini membantu mengarahkan hewan, dan ini sangat penting bagi pemangsa seperti Stanleycaris yang harus bergerak cepat dan tepat di lingkungan,” kata Moysiuk.

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mission News Theme by Compete Themes.