Press "Enter" to skip to content

Mendeteksi Meteor dengan Radar LAPAN

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) telah bekerjasama dengan Universitas Kyoto, Jepang, untuk mengoperasikan radar meteor (Meteor Wind Radar) di LAPAN Agam (Sumatera Barat) dan LAPAN Biak (Papua). Tujuan utamanya adalah untuk penelitian angin di atmosfer atas, pada ketinggian 70-110 km.

Dikutip dari ristekdikti.go.id hari ini, diketahui bahwa radar meteor bisa juga digunakan untuk penelitian fluks meteor (jumlah meteor per jam).

Meteor adalah batuan atau debu antariksa yang memasuki atmosfer bumi dan terbakar pada ketinggian 70-110 km. Pada saat tertentu, bumi berpapasan dengan gugusan debu sisa komet sehingga debu-debunya memasuki atmosfer bumi dan terbakar dalam jumlah yang banyak.

Saat itulah pengamat bisa menyaksikan hujan meteor dengan jumlah puluhan sampai ratusan meteor per jam. Jumlah ratusan meteor per jam biasanya disebut badai meteor, pada saat tertentu setelah komet induknya melintas dekat Bumi. Hujan meteor diberi nama sesuai dengan rasi bintang tempat meteor tampak terpancar. Titik itulah, yang disebut radian, adalah titik persinggungan atmosfer bumi dengan gugusan debu komet.

Ada tiga hujan meteor yang tergolong kuat dengan jumlah puluhan meteor per jam: Quadrantids (puncaknya pada 3 Januari), Perseids (puncaknya 12 Agustus), dan Geminids (puncaknya 14 Desember). Karena hujan meteor adalah fenomena tahunan, kejadian setiap tahun secara umum hampir sama.

Radar meteor LAPAN itu telah berhasil merekam hujan meteor Quadrantids yang terekam oleh radar meteor Agam pada 2-3 Januari 2017 lalu.

Pada diagram Meteor Fluks tampak jumlah meteor per jam meningkat mulai pukul 20.00 UT (Universal Time) atau pukul 03.00 WIB dan mencapai puncaknya pada pukul 22.00 UT (05.00 WIB) dengan jumlah meteor sekitar 400 meteor/jam.

Waktu tersebut bersesuaian dengan mulai terbitnya radian (titik pancar) meteor Quadrantids di sekitar rasi Bootes sampai meninggi di arah Utara.

Pada diagram Angular Distribution terlihat sebaran sumber meteor paling banyak dari belahan Utara (belahan lingkaran atas). Pada diagram Height Distrubution terlihat sebagian besar meteor terbakar pada ketinggian sekitar 90 km.

Pada dini hari yang cerah meteor itu tampak seperti bintang yang bergerak cepat, yaitu saat debu-debu itu terbakar sampai habis. Hanya dalam waktu beberapa detik saja.

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mission News Theme by Compete Themes.