Dari sekian banyak satelit yang pernah diluncurkan dan dioperasikan oleh Indonesia, ternyata ada juga satelit-satelit kecil yang disebut juga satelit mikro. Walau kecil, satelit-satelit ini mampu menghasilkan data-data yang berharga untuk berbagai keperluan. Salah satu satelit mikro Indonesia adalah LAPAN A3/LAPAN-IPB, yang dirancang salah satunya untuk memetakan wilayah pertanian Indonesia.
Satelit LAPAN A3 diluncurkan ke orbit pada 22 Juni 2016 dari Sriharikota, India. LAPAN-A3 dioperasikan dari Stasiun Bumi Rancabungur Bogor sebagai Mission Control Center. Selama delapan tahun mengorbit, LAPAN-A3 telah melakukan operasional Tracking, Telemetry and Command (TT&C) selama lebih dari 2.254 jam.
Dilengkapi dengan perangkat kamera multispectral Line Image Space Application (LISA), LAPAN-A3 telah menghasilkan data citra lebih dari 573 juta kilometer persegi dengan resolusi 16 meter dan lebar swath 100 kilometer.
Selain melakukan pemetaaan wilayah pertanian Indonesia, satelit hasil kolaborasi dengan IPB ini juga dapat melakukan pemantauan area maritim Nusantara. Melalui Automatic Identification System (AIS) satelit LAPAN-A3/LAPAN-IPB dapat memantau pergerakan kapal laut. Dari pemantauan yang dilakukan, saat ini telah terkumpul lebih dari 201 juta data AIS.
Selama beroperasi, LAPAN-A3 juga mengumpulkan data citra Spacecam sekitar 10 juta kilometer persegi. Satelit ini juga dilengkapi sensor magnetometer untuk pengamatan medan magnet bumi yang digunakan untuk memprediksi gempa. Sensor ini juga telah beroperasi selama 18.708 jam.
Kepala Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa BRIN Robertus Heru Triharjanto menyampaikan, satelit LAPAN-A3 sudah melampaui masa hidup yang diperkirakan. Umumnya satelit penginderaan jauh di orbit rendah memiliki masa hidup sekitar 5 tahun. “Ini adalah prestasi yang luar biasa untuk satelit kedua yang dibuat di Indonesia dengan ukurannya yang kecil dibawah 150 kg. Citra satelit yang dihasilkan telah melengkapi data-data tutupan lahan di Kementerian terkait dan data AIS sudah digunakan otoritas maritim Indonesia,” ujarnya.
Kepala Pusat Riset Teknologi Satelit Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Wahyudi Hasbi mengungkapkan masa hidup LAPAN-A3 lebih lama dari perkiraan karena tidak lepas dari peran para operator yang terus menjaga kesehatan satelit dan mengoperasikannya. Capaian ini juga dapat terwujud berkat pengalaman operasi satelit orbit rendah selama 16 tahun. “Keberhasilan LAPAN-A3 melampaui perkiraan umur 3-4 tahun ini ditopang oleh para periset yang secara konsisten melakukan riset teknologi satelit yang maju,” tuturnya.
Selain sumber daya manusia, lanjut Wahyudi, ketersediaan fasilitas riset satelit di BRIN juga turut mendukung penguatan ekosistem riset dan inovasi. Saat ini Pusat Riset Teknologi Satelit terus meningkatkan kolaborasi riset dengan berbagai pihak melalui berbagai skema.
LAPAN-A3 merupakan satelit kedua yang dibuat di Indonesia. Berbeda dari satelit generasi sebelumnya LAPAN-A2, Satelit LAPAN-A3/LAPAN-IPB mengorbit di ketinggian 505 kilometer di atas permukaan bumi. Satelit ini juga memiliki orbit polar, yaitu melintasi kutub utara dan selatan sehingga dapat mengamati seluruh permukaan bumi.
Muatan utamanya adalah kamera multispektral LISA (Line Imager for Space Application) yang dapat memantau fasa pertumbuhan tanaman pangan. Misi kedua dari LAPAN-A3 adalah membuat citra RGB dengan resolusi 4 meter dan ukuran citra 7×7 kilometer. Misi ketiga LAPAN-A3 adalah pemantauan lalu lintas maritim global. Misi lainnya adalah pemantauan medan magnet bumi untuk keperluan riset.
Be First to Comment