Hujan meteor adalah peristiwa di langit di mana sejumlah meteor terlihat di langit. Fenomena ini disebabkan oleh aliran puing kosmik (seperti debris komet atau asteroid) yang masuk ke atmosfer Bumi pada kecepatan tinggi.
Tapi hujan meteor tak berbahaya, sebab ukuran partikelnya kecil. Ia akan habis terbakar saat masuk atmosfer.
Fenomena ini bisa kita saksikan pada waktu-waktu tertentu selama 2018. Untuk ke depan, kita bisa menyaksikan hujan meteor mulai April ini sampai akhir 2018. Berikut kisahnya, berdasarkan kalender dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), dan sumber-sumber lain.
Hujan meteor yang bakal terjadi dalam waktu dekat adalah pada 22-23 April, yaitu hujan meteor Lyrids. Intensitasnya rata-rata saja, sekitar 20 meteor per jam saat puncak. Ia merupakan partikel debu yang ditinggalkan komet C/1861 G1 Thatcher yang ditemukan pertama kali pada 1861. Puncaknya pada 22 April malam sampai 23 April dini hari, dengan jejak debu yang panjang, selama beberapa detik.
Titik kemunculan hujan meteor Lyrids akan berada beberapa derajat dari rasi bintang Lyra. Kita bisa mengamati tanpa teleskop selepas tengah malam, saat rasi bintang Lyra berada di atas cakrawala timur.
Hujan meteor berikutnya terjadi pada 6-7 Mei, yaitu hujan meteor Eta Aquarids. Hujan meteori ini terbilang di atas rata-rata, sebab bisa menghasilkan lebih dari 60 meteor per jam, pada saat puncak. Sebagian besar terlihat di belahan Bumi selatan. Sedang di belahan Bumi utara, intensitasnya bisa mencapai 30 meteor per jam.
Eta Aquarids terjadi berkat partikel-partikel debu yang ditinggalkan komet Halley. Titik kemunculan hujan meteor ini adalah rasi bintang Aquarius.
Setelah periode ini, hujan meteor akan kembali terjadi pada 29 Juli (Delta Aquarid) di rasi bintang Aquarius. Disusul hujan meteor yang cukup populer dan disukai, yaitu Perseid pada 12 Agustus, dengan intensitas puncak 80 meteor per jam dari debu komet 10P/Swift-Tuttle.
Pada 21 Oktober ada hujan meteor Orionid dengan intensitas 25 meteor per jam dari debris komet Halley dan munculnya di rasi bintang Orion. Disusul hujan meteor Leonid pada 18 November, dari debris komet 55P/Tempel-Tuttle. Intensitas pada puncaknya, 20 meteor per jam di titik rasi bintang Leo.
Lalu, hujan meteor terakhir adalah Geminid di rasi bintang Gemini pada 13-14 Desember. Hujan meteor ini bisa disaksikan di belahan bumi Utara dan Selatan dengan intensitas 120 meteor per jam. Meteor ini adalah debris asteroid 3200 Phaethon.
Bagaimana mengamati dan memotret hujan meteor ini, ada baiknya kamu belajar astrofotografi dalam artikel ini.
5 Makanan yang Cocok di Santap Saat Hujan