Press "Enter" to skip to content

Seledri, Benarkah Ampuh Melawan Hipertensi?

Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi cukup tinggi kasusnya di dunia. Sebanyak 1 miliar orang di seluruh dunia disebut mengalami penyakit ini. Bahkan, hipertensi disebut sebagai “silent killer”, muncul tanpa gejala dan membunuh lebih dari 9 juta orang per tahun di seluruh dunia.

Ada banyak tanaman yang disebut-sebut ampuh melawan hipertensi. Salah satu yang sedang diteliti ilmuwan dari Universitas Indonesia (UI) adalah tanaman seledri, yang disebut lebih ampuh ketimbang kaptropril tunggal.

Khasiat seledri sedang diteliti oleh Dr. Siska, M.Farm, Apt dari Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. Dia menemukan bahwa ekstrak Apium graveolens L alias seledri dikombinasikan dengan kaptopril ternyata mampu menurunkan tekanan darah 42,34 persen lebih baik dari kalau hanya diberikan kaptopril saja.

Penelitian ini dilakukannya dalam rangka meraih gelar doktor. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kombinasi kaptopril dengan ekstrak seledri mampu menurunkan tekanan darah dengan cara diuresis dan natriuresis. Hal ini dibuktikan dengan adanya korelasi antara tekanan darah dengan volume urin, di mana terjadi penurunan tekanan darah diikuti dengan peningkatan volume urin. Seledri merupakan sumber flavonoid di antaranya apigenin, luteolin, dan crysoeriol.

Sebenarnya seledri telah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu sebagai bahan pengobatan dan penyedap masakan. Linnaeus mendeskripsikannya pertama kali dalam edisi pertama Species Plantarum. Ia memasukkan seledri dalam suku Umbelliferae, yang sekarang dinamakan Apiaceae (suku adas-adasan).

Ada tiga kelompok seledri yang dibudidayakan, yaitu: seledri daun atau seledri iris (A. graveolens Kelompok secalinum) yang biasa diambil daunnya dan banyak dipakai di masakan Indonesia; seledri tangkai (A. graveolens Kelompok dulce) yang tangkai daunnya membesar dan beraroma segar, biasanya dipakai sebagai komponen salad; dan seledri umbi (A. graveolens Kelompok rapaceum), yang membentuk umbi di permukaan tanah; biasanya digunakan dalam sup, dibuat semur, atau schnitzel. Umbi ini kaya provitamin A dan K.

Seledri (terutama buahnya) sebagai bahan obat telah disebut-sebut oleh Dioskurides serta Theoprastus dari masa Yunani klasik dan Romawi sebagai “penyejuk perut”. Veleslavin pernah memperingatkan agar tidak mengonsumsi seledri terlalu banyak karena dapat mengurangi air susu. Seledri juga disebut-sebut sebagai sayuran anti-hipertensi. Hal terakhir inilah yang kemudian diteliti oleh Dr. Siska.

“Diharapkan penelitian ini mampu memberikan manfaat untuk ilmu pengetahuan terkait penggunaan obat herbal untuk pengobatan hipertensi. Selain itu dapat dijadikan data preklinik bagi tenaga medis untuk mendukung penggunaan herbal padapenyakit. Namun bagi masyarakat diimbau untuk tetap berhati-hati atas potensi resiko yang mungkin akan timbul jika menggunakan obat herbal bersamaan dengan obat sintetik tanpa sepengetahuan dokter atau tenaga medis lainnya,” kata Dr. Siska, seperti dilansir dari Ristekdikti.go.id.

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mission News Theme by Compete Themes.