Tahukah kamu apa yang disebut sleep paralysis atau kelumpuhan tidur? Kalau di Indonesia ada beberapa macam istilahnya, salah satunya adalah ‘ketindihan’. Pernahkah kamu mengalaminya?
Sleep paralysis adalah kondisi di mana seseorang seperti terkunci di antara keadaan bangun dan bermimpi, di mana mereka tak bisa bergerak tapi mengalami semacam situasi yang aneh.
Mereka juga kadang seperti melihat sosok bayangan, merasakan tekanan di dada atau merasakan seperti ada tangan di sekitar tenggorokan. Pada kondisi lain, ada yang seperti keluar dari tubuhnya yang sedang tidur.
Kalau di lingkungan penulis, keadaan ini biasa disebut ketindihan. Di negara lain beda lagi. Sebagaimana dipaparkan di Jurnal Royal Society of Medicine, ambil contoh di Newfoundland, kondisi ini disebut “Old Hag”. Di St. Lucia, disebut “Kokma”. Di Asia Timur disebut “Tsog”.
Pada 1664, seorang dokter Belanda menyebut kondisi itu sebagai “Incubus” atau “Night-Mare”. Dari sinilah dunia pertama kali mengetahui deskripsi klinis tentang kondisi yang kemudian disebut sebagai kelumpuhan tidur itu.
Kelumpuhan tidur ini adalah gangguan tidur. Menurut review tahun 2011, sebanyak 7,6 persen penduduk dunia pernah mengalami sleep paralysis, setidaknya satu kali sepanjang hidup mereka. Paling banyak dialami oleh pelajar atau pasien sakit jiwa, khususnya mereka yang mengalami stres pasca-trauma atau serangan panik.
Kelumpuhan tidur juga gejala yang umum untuk narcolepsy, suatu kondisi yang ditandai dengan rasa kantuk yang berlebihan, serangan tidur dan kehilangan kontrol otot yang tiba-tiba, seperti yang dijelaskan oleh National Sleep Foundation. Kelumpuhan tidur yang terjadi tanpa gejala narcolepsy dikenal sebagai “isolated sleep paralysis,” atau “recurrent isolated sleep paralysis” kalau kejadiannya berulang-ulang.
Kini, para ilmuwan mendapat pemahaman baru bahwa sleep paralysis adalah semacam gangguan syaraf alih-alih terkait urusan paranormal. Kelumpuhan tidur timbul dari gangguan pada tidur REM (rapid eye movements).
Pada kondisi ini, kita menjadi lumpuh selama beberapa detik atau menit dan pada saat yang sama mengalami halusinasi atau merasakan kehadiran hantu. Sebuah studi yang diterbitkan di jurnal Sleep Medicine bulan lalu, melaporkan bahwa sebanyak 58 persen dari 185 pasien yang terdiagnosa dengan sleep paralysis seperti merasakan kehadiran sosok astral dan 22 persen mengatakan melihat seseorang asing di kamarnya.
Apa yang menyebabkan halusinasi itu belum diketahui. Tapi patut diketahui bahwa amygdala, yaitu bagian otak yang berkaitan dengan ketakutan dan emosi, sangat aktif pada siklus REM. Jadi ada kemungkinan otak secara aktif merespons ketakutan atau emosi tapi lingkungan tak mendukung, sehingga otak kemudian menghadirkan solusi untuk kondisi paradoks itu.
Sedangkan penyebab gangguan tidur ini bisa macam-macam. Antara lain penggunaan zat, faktor genetika, riwayat trauma, masalah psikiatris, kesehatan fisik, dan kualitas tidur yang buruk. Frekuensi dan tingkat keparahannya juga dikaitkan dengan gejala kecemasan dan kurang tidur.
Jadi, kalau kamu mengalami ketindihan atau kelumpuhan tidur, ini adalah gejala bahwa kamu sedang mengalami gangguan tidur, yang bisa jadi disebabkan kamu kurang tidur atau sedang stres dan semacamnya.
Solusinya apa? Kebanyakan dokter menyarankan pasien untuk meningkatkan kualitas tidur dan tidur dengan teratur. Pada kondisi ekstrem, pasien akan diberikan obat antidepresan.
Be First to Comment