Press "Enter" to skip to content
Image by Free-Photos from Pixabay

Mengapa Orang-Orang Mematung ketika Melihat Kondisi Darurat

Pernahkah kalian berhadapan dengan situasi di mana ketika terjadi keadaan darurat lalu ada banyak orang berkerumun hanya menyaksikan saja tanpa ada yang mau membantu? Mereka ingin menolong tapi tatapan banyak orang di situ menghadirkan perasaan tak nyaman, malu, sehingga akhirnya hanya diam saja mematung. Kalian tahu, kondisi itu yang disebut dalam ilmu psikologi sebagai ‘bystander effect’. Efek dilihat orang-orang.

Ternyata, perilaku ini bukan cuma ada di dunia manusia lho, di dunia satwa juga, khususnya mamalia. Begitulah hasil penelitian terbaru yang dimuat di jurnal Science Advances.
“Kita akan secara konstan saling melihat orang lain untuk melihat reaksi mereka,” kata ahli neurobiologi Peggy Mason dari University of Chicago kepada kantor berita NPR. “Ini khas mamalia, bukan hanya manusia saja.”

Fenomena ‘bystander effect’ sendiri sudah diteliti sejak 1960-an. Pada saat itu disebutkan bahwa semakin banyak orang yang menyaksikan suatu keadaan darurat, semakin kecil kemungkinan seseorang untuk membantu seseorang yang membutuhkan. Tapi pada 2011, setelah meninjau sekitar 105 hasil riset tentang efek itu, didapati bahwa efek itu tidak selalu terjadi pada setiap keadaan darurat. Maksudnya, dalam kondisi tertentu bisa saja terjadi ‘bystander effect’. Tetapi dalam situasi yang lain, manusia akan turun tangan membantu dengan cepat.

Penelitian lain menunjukkan bahwa bahkan ketika orang-orang “membeku”, biasanya mereka masih peduli pada korban. Alasan kurangnya tindakan mereka bukan karena apatis, tetapi proses psikologis lainnya yang sudah mapan seperti rasa takut, tampak bodoh, atau asumsi yang salah.

Nah, sebenarnya apa yang menyebabkan terjadinya ‘bystander effect’? Mason melakukan penelitian terhadap tikus, yang merupakan satwa yang sangat sosial. Mereka menempatkan seekor tikus yang menjadi subyek penelitian utama, lalu di tempat lain ada tikus lain yang bertindak sebagai ‘pengamat’. Pengamat ini terdiri dua macam, tikus yang diberikan obat yang ‘membius’ dia dan tikus yang tidak diberi obat.

Ketika melihat tikus yang jadi subyek utama terperangkap, tikus yang tak dibius kecil kemungkinan untuk menolong si tikus malang ketika ada tikus pengamat yang ‘terbius’ di dekatnya. Tapi ketika seluruh tikus pengamat tidak dibius, maka mereka akan cenderung untuk bersama-sama mencoba membebaskan temannya. Kesimpulannya, fenomena seperti itu tidak hanya terjadi pada manusia.

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mission News Theme by Compete Themes.