Press "Enter" to skip to content
dok. geralt/pixabay

Kurang Tidur, Ini Dampaknya Pada Otak

Kurang tidur dipercaya banyak dampak negatifnya. Tak kurang-kurang penelitian yang membuktikan hal ini. Termasuk penelitian yang diterbitkan di Journal of Neuroscience, beberapa waktu lalu. Penelitian itu mendapati bahwa kekurangan tidur terus menerus akan berdampak pada otak, khususnya mamalia, yakni akan ‘menghapuskan’ sejumlah besar neuron dan koneksi sinaptik, dan memulihkan tidur mungkin tidak dapat membalikkan kerusakan yang terjadi.

Otak adalah pusat dari sistem saraf. Sistem saraf mengandung neuron atau sel saraf yang mengirimkan sinyal dalam bentuk gelombang elektromikia. Gelombang ini berjalan di serabut tipis yang disebut akson, yang mana akan menyebabkan bahan kimia bernama neurotransmitter dilepaskan ke koneksi sinaptik tadi. Jadi tahu kan pentingnya neuron dan koneksi sinaptik ini dalam sistem saraf?

Tidur bukan sekadar kebutuhan untuk mengisi ulang energi setelah kita beraktivitas seharian. Saat tidur, otak kita akan membersihkan produk sampingan beracun dari aktivitas saraf yang tertinggal di siang hari. Nah, kalau kualitas tidur buruk, proses yang sama terjadi namun dampaknya buruk.

Memang, subyek penelitian itu adalah tikus. Tapi ini bisa jadi peringatan bagi kita agar menjaga pola tidur yang cukup dan berkualitas.

Jadi, pada 2017, satu tim peneliti yang dipimpin oleh neuroscientist Michele Bellesi dari Marche Polytechnic University di Italia melakukan penelitian terhadap respons otak mamalia terhadap kebiasaan tidur yang buruk dan menemukan kemiripan yang aneh antara tikus yang cukup istirahat dan yang tidak bisa tidur.

Seperti sel-sel yang ada di bagian tubuh lain, neuron di otak terus menerus mendapat penyegaran dari dua jenis sel glia yang berbeda. Sel glia adalah sel pendukung yang sering disebut ‘lem’ dalam sistem saraf. Sel mikroglial ini bertugas membersihkan sel-sel yang tua dan usang melalui sebuah proses yang disebut fagositosis. Dalam bahasa Yunani, fagositosis berarti ‘melahap’. Caranya adalah dengan memangkas sinapsis yang tidak perlu di otak untuk menyegarkan kembali saraf. Nah, proses ini terjadi saat tidur.

Ternyata, proses yang sama terjadi pada saat kurang tidur dan ini bukan hal yang bagus. Analoginya begini. Pembersihan dan penyegaran yang terjadi di sistem saraf kita saat kita tidur ibarat kita sedang membuang sampah sehingga rumah menjadi lebih bersih. Nah, kalau proses ini terjadi saat kita sadar namun sangat kurang tidur, maka itu ibarat seseorang yang datang ke rumah kita, lalu membuang perangkat yang masih berfungsi baik seperti televisi, kulkas, bahkan binatang peliharaan kita. Ngeri kan?

“Kami menemukan untuk pertama kalinya bukti bahwa bagian sinapsis secara harfiah ‘dimakan’ oleh proses itu gara-gara kurang tidur,” kata Bellesi, seperti dilansir New Scientist.

Saat mendapati fenomena ini pada tikus sebagai subyek penelitian, mereka juga mendapati aktivitas sel mikroglial meningkat pada kelompok tikus yang sangat kurang tidur. Kamu tahu, aktivitas mikroglial yang tidak terkendali dapat dikaitkan dengan penyakit otak seperti Alzheimer dan bentuk neurodegeneration lainnya.

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mission News Theme by Compete Themes.